Sabtu, 05 Maret 2016

USAHA PREVENTIF MASALAH MANAJEMEN KELAS

Menurut Piet Sahertian & Ida Aleida. Sahertian (1992: 106) Pengelolaan kelas sangat berhubungan dengan keberhasilan dalam situasi belajar mengajar. Untuk guru diharapkan terampil untuk menciptakan dan memaklumi kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal dengan cara mendisiplinkan dan melakukan kegiatan remedial.
Dengan demikian, tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses pembelajaran berlangsung aktif. Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio-emosional sehingga terasa benar oleh peserta didik rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar.
Dimensi korektif dapat terbagi dua yaitu tindakan yang seharusnya segera diambil guru pada saat terjadi gangguan (dimensi tindakan) dan tindakan penyembuhan terhadap tingkah-laku yang menyimpang yang terlanjur terjadi agar peyimpangan tersebut tidak berlarut-larut.
Dimensi pencegahan dapat berupa tindakan guru dalam mengatur lingkungan belajar, mengatur peralatan, dan       lingkungan, mengatur sosio-emosional.

1.  Kondisi dan situasi pembelajaran
a)   Kondisi fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses perbuatan belajar peserta didik dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
             Lingkungan fisik yang dimaksud akan meliputi hal-hal di bawah ini.
1) Ruangan tempat berlangsungnya proses pembelajaran.
Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua bergerak leluasa tidak terdesak-desak dan saling menganggu antara peserta didik yang situ dengan yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar.
  2) Pengaturan tempat duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, di mana dengan demikian guru sekaligus dapat mengontrol tingkah-laku peserta didik. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran pengaturan proses pembelajaran. Beberapa pengaturan tempat duduk di antaranya:
a.       Berbaris berjajar.
b.      Pengelompokan yang terdiri atas 8 sampai 10 orang.
c.       Setengah lingkaran seperti dalam teater, di mana di samping guru bisa langsung bertatap muka dengan peserta didik juga mudah bergerak untuk segera memberikan bantuan bagi peserta didik.
d.      Berbentuk lingkaran.
e.       Individual yang biasanya terlihat di ruang baca, perpustakaan, atau di ruang praktik laboratorium.
f.        Adanya dan tersedianya ruangan yang sifatnya bebas di kelas di samping bangku tempat duduk yang diatur.
Dengan sendirinya penataan tempat duduk ini dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
      3)  Ventalasi dan pengaturan cahaya
Ventalasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik. Jendela harus cukup besar sehingga, memungkinkan panas cahaya matahari masuk, udara sehat dengan ventilasi yang baik, sehingga semua peserta didik dalam kelas dapat menghirup udara segar yang cukup mengandung O2 (oksigen).
      4)  Pengaturan penyimpanan barang-barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar. Barang-barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas seperti buku pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi, dan sebagainya, hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menganggu kegiatan peserta didik.

b)  Kondisi sosial-emosional
Suasana sosio-emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses pembelajaran, kegairahan peserta didik merupakan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran.
1.   Tipe Kepemimpinan
Peranan guru, tipe kepemimpinan guru atau administrasi akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan menghasilkan sikap peserta didik yang submissive atau apatis. Tapi di pihak lain juga akan menumbuhkan sikap yang agressif.
Kedua sikap peserta didik yaitu apatis dan agressif ini dapat merupakan cumber problem pengelolaan, baik yang sifatnya individual maupun kelompok kelas sebagai keseluruhan. Dengan tipe kepemimpinan yang otoriter peserta didik hanya akan aktif kalau ada guru dan kalau guru tidak mengawasi maka semua aktivitas menjadi menurun. Aktivitas proses pembelajaran sangat tergantung pada guru dan menuntut sangat banyak perhatian dari guru.
Tipe kepemimpinan yang cenderung pada laissez-faire biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin. Kalau guru ada peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam kepemimpinan tipe ini malahan biasanya aktifitas peserta didik lebih produktif kalau guru yang inner-directed di mana peserta didik tersebut aktif, penuh kemauan, berinisiatif, dan tidak selalu menunggu pengarahan. Akan tetapi kelompok peserta didik semacam ini biasanya tidak cukup banyak.
Tipe kepemimpinan guru yang lebih menekankan kepada sikap demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan peserta didik dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi proses pembelajaran yang optimal, peserta didik akan belajar secara produktif baik pads saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru, dalam kondisi semacam ini biasanya problems pengelolaan bisa sedikit mungkin.
2.      Sikap guru.
Sikap guru dalam menghadapi peserta didik yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersababat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah-laku peserta didik akan dapat diperbaiki. Kalau guru terpaksa membenci, bencilah tingkah-laku buruk peserta didik dan bukan membenci peserta didik.
Terimalah peserta didik dengan hangat kalau ia insyaf akan kesalahannya. Berlaku adil dalam bertindak dan ciptakan satu yang menyebabkan peserta didik sadar akan kesalahannya dan ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.
3.      Suara guru.
Suara guru walaupun bukan faktor besar tetapi turut mempunyai pengaruh dalam belajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh peserta didik secara jelas dan jarak yang agak jauh akan membosankan dan pelajaran tidak akan diperhatikan. Suasana semacam ini mengundang tingkah laku yang tidak diinginkan.
Suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh kedengarannya rileks akan mendorong peserta didik untuk lebih berani mengajukan pertanyaan, mencoba sendiri, melakukan percobaan terarah, dan sebagainya. Tekanan suara hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan peserta didik yang mendengarnya.
4.  Pembinaan Report
Sekali lagi ingin ditekan bah,va pembinaan hubungan baik dengan peserta didik dalam masalah pengelolaan sangat penting. Dengan hubungan baik guru peserta didik diharapkan peserta didik senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, serta realistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukan.

      c) Kondisi organizational
Kegiatan rutin yang secara organizational dilakukan baik di tingkat kelas maupun di tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua peserta didik secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri setiap peserta didik kebiasaan yang baik dan keteraturan tingkah-laku kegiatan tersebut antara lain sebagai bentuk berikut:
1.   Pergantian pelajaran atau kuliah
Untuk beberapa pelajaran mungkin ada baikmya peserta didik tetap berada dalam satu ruangan dan guru yang datang. Akan tetapi untuk pelajaran-pelajaran tertentu, seperti bekerja di laboratorium, olahraga, keseman, menggambar, dan sebagainya, peserta didik diharuskan pindah ruangan.
2.      Guru yang berhalangan hadir
Jika suatu saat seorang guru berhalangan hadir karena satu atau lain hal, maka peserta didik disuruh tetap berada di dalam kelas dengan tenang untuk menunggu guru yang bersangkutan selama 10 menit. Bila setelah waktu 10 menit guru yang mendapat giliran juga belum datang, ketua diwajibkan lapor kepada guru piket dan guru piket yang akan mengambil inisiatif untuk mengatasi kekosongan guru tersebut.
3.      Masalah antar peserta didik.
Jika terjadi masalah antar peserta didik yang tidak dapat diselesaikan antar mereka, ketua dapat melapor kepada wali kelas untuk bersama-sama memecahkan dan mengatasi masalah tersebut. Jika pemecahannya belum tuntas diselesaikan, ketua bersama wah kelas atau OSIS dapat menghadap pimpinan institusi untuk mendapatkan petunjuk kebijakan dalam mengatasi masalah tersebut.
4.  Upacara Bendera
Dalam upacara bendera harus sudah ditetapkan giliran yang memimpin upacara, baik dari pihak guru maupun dari pihak peserta didik. Sehingga semua sivitas tahu persis jam berapa mereka harus mulai sekolah, siapa yang harus memberikan nasehat, pengarahan, dan sebagainya.
5.  Kegiatan lainnya
Demikian pula kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan rutin seperti prosedur penyampaian informasi dari sekolah kepada guru, dan peserta didik menyampaikan peraturan sekolah yang baru, pesta sekolah, hari libur, kematian anggota sivitas, ikut menanggulangi bencana alam, dan lain-lain dan harus dapat diatur secara jelas, tidak kaku dan harus cukup fleksibel.
2. Disiplin dan tata tertib
Menurut Oteng Sutisna (1989:109) disiplin adalah Esensial bagi semua kegiatan kelompok yang terorganisasi. Para anggota harus mengendalikan keinginan-keinginan pribadi masing-masing dan bekerja sama untuk kebaikan semua. Piet Sahertian & Ida Aleida Sahertian (1992:106) menjelaskan disiplin sebenarnya merupakan akibat dari pengelolaan kelas yang efektif.
a.  Pengertian Disiplin.
Dalam arti luas disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditunjukkan untuk membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya.
Disiplin timbul dari kebutuhan untuk mengadakan keseimbangan antara apa yang ingin dilakukan oleh individu dan apa yang diinginkan individu dari orang lain sampai batas-batas tertentu dan memenuhi tuntutan orang lain dari dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan dari perkembangan yang lebih luas.
Menurut Wikipedia, (2006) mengemukakan disiplin merupakan bentuk pelatihan yang menghasilkan suatu karakter atau perilaku khusus yang menghasilkan perkembangan moral, fisik dan mental untuk tujuan tertentu.
Dengan disiplin para peserta didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Kesediaan semacam ini harus dipelajari dan harus secara sabar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas-tugas sekolah.
Satu keuntungan lain dari adanya disiplin adalah peserta didik belajar hidup dengan pembiasan yang baik, positif, dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta didik akan tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada peserta didik dalam batas-batas kemampuannya. Akan tetapi juga kalau kebebasan peserta didik terlampau dikurangi, dikekang dengan peraturan maka peserta didik akan berontak dan mengalami frustasi dan kecemasan.
Di sekolah, disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah-laku peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal.
b.  Sumber-sumber pelanggaran disiplin
Kita sudah sependapat tentang satu asumsi yang menyatakan bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya untuk mencapai tujuan yaitu pemenuhan kebutuhan. Pengenalan terhadap kebutuhan peserta didik secara, baik merupakan andil yang besar bagi pengendalian disiplin. Maslow mengemukakan teori ”Hierarki kebutuhan manusia” yang dapat digambarkan dalam bentuk ”piramid kebutuhan manusia” sebagai berikut:

PIRAMIDA KEBUTUHAN MANUSIA
Being Needs
Text Box: Self actualization
























Keterangan :
a.       Kebutuhan fisik manusia merupakan kebutuhan dasar bagi kelansungan hidupnya seperti makan, minum, perlindungan, fisik, sex, dan sebagainya.
b.      Kebutuhan akan rasa aman baik fisik, dan perasaan keamanan terhadap masa depan yang dihadapinya.
c.       Kebutuhan akan cinta kasih, mencintai orang lain dan dicintai orang lain, penerimaan, pembenaran, dan cinta kasih orang lain pada dirinya.
d.      Kebutuhan akan penghargaan dan untuk dikenal orang lain, merasa berguna bagi orang lain, mempunyai pengaruh terhadap orang lain, dan lain sebagainya.
e.       Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman, terhadap berbagai hal agar individu dapat mengambil; berbagai keputusan yang bijaksana terhadap beberapa hal dalam menghadapi dunianya secara efektif.
f.        Kebutuhan akan keindahan dan aktualisasi diri yangmerupakan kebutuhan untuk berpengalaman mengaktualisasikan dirinya dalam dunia nyata secara langsung agar dari pengalaman ia akan lebih kreatif, toleran, dan spontan.
1)      Bila kebutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi melalui cara-cara yang sudah biasa dalam masyarakat, maka akan terjadi ketidakseimbangan pada diri individu, dan yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara lain yang sering kurang bisa diterima masyarakat.
      c.   Penanggulanan pelanggaran disiplin.             
Ada berbagai cara yang dapat ditempuh guru dalam menanggulangi pelanggaran disiplin.
1)      Pengenalan Peserta Didik
Makin baik guru mengenal peserta didik makin besar kemungkinan guru untuk mencegah terjadinya pelanggaran disiplin. Sebaiknya yang frustasi karma merasa tidak mendapat perhatian guru dengan semestinya, sangat mungkin terjadi peserta didik tidak disiplin sekolah.
Setiap peserta didik pada dasarnya mempunyai daya atau tenaga untuk mengontrol dirinya. Peserta didik yang tidak diperhatikan orang tua dan gurunya dan kurang dapat mengontrol dirinya sendiri biasanya kurang menghargai otoritas dan mereka tidak menyukainya dan membencinya.
2)      Melakukan tindakan korektif.
Dalam kegiatan pengelolaan, tindakan dapat segera sangat diperlukan. Dimensi tindakan merupakan kegiatan yang seharusnya dilakukan guru bila terjadi masalah pengelolaan. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memonitor efektivitas aturan tata tertib. Setelah jangka waktu tertentu guru bersama-sama peserta didik dapat meninjau kembali aturan sekolah. Bagaimana cara melakukan dimensi tindakan ini beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru.
a.   Lakukan tindakan dan bukan ceramah.
Bila ada seorang peserta didik melakukan tindakan yang dapat mengganggu kelas, lakukan tindakan menghentikan kegiatan tersebut secara tepat dan segera. Cara berteriak atau memberikan ceramah tentang kesalahan yang dibuat peserta didik pada saat itu akan membuat peserta didik inalah menjadi terbimbing. Pesan-pesan non verbal atau body language baik berupa isyarat tangan, bahu, kepala, alis, dan sebagainya dapat membantu guru dalam pengelolaan.
b.  Do not bargain/tidak ada kesepakatan
Bila terjadi pelanggaran yang dilakukan peserta didik dan melibatkan atau menyalahkan peserta didik lainnya guru harus segera melakukan tindakan untuk menghentikan gangguan tersebut. Tidak ada untungnya kalau pada saat itu juga membuka forum diskusi untuk membicarakan tentang peraturan dan mencari siapa yang bersalah.
Sekali lagi segera hentikan penyimpangan tingkah laku peserta didik dengan tindakan.
c.                   Gunakan “Kontrol” kerja
Mungkin sekali banyak hal yang belum tercakup dalam tata tertib terjadi dalam kelas. Kewajiban guru adalah mencoba menghindarkan hal-hal tersebut dengan melakukan kontrol sosial.
Misalnya dengan membuat ruangan berbentuk tapal kuda sehingga guru dapat langsung berhadapan muka dengan para peserta didik dan sekaligus dapat mengontrol tingkah laku mereka.
d.                  Nyatakan peraturan dan konsekuensinya
Bila ada peserta didik melanggar peraturan sekolah, komunikasikan kembali apa aturan yang dilanggarnya secara jelas dan kemukakan akibatnya bila peraturan yang telah dibuat dan disepakati bersama dilanggar. Konsekuensi ini dilakukan secara bertahap dimulai dan peringatan, teguran, memberi tanda cek, disuruh menghadap kepala sekolah dan atau dilaporkan kepala orang tuanya tentang pelanggaran yang dilakukannya di sekolah.
Bila ada tindakan peserta didik yang mengganggu suasana proses pembelajaran segera hentikan gangguan tersebut, kemudian usahakan memahami alasan mengapa peserta didik tersebut bertindak demikian. Kemukakan kepadanya harapan kita sebagai guru dan teman-teman lain yang akan terganggu konsentrasinya dan nyatakan tingkah laku bagaimana yang diharapkan dari peserta didik yang bersangkutan.
Tindakan guru hendakiya cukup tegas dan berwibawa dan hendaknya dihindarkan hal-­hal/tindakan yang menyebabkan peserta didik mendapat malu di depan teman-temannya. Pertanyaan peraturan dan konsekuensi dari pelanggaran harus didengarkan oleh teman­-temannya.
     3. Melakukan Tindakan Penyembuhan
Pelanggaran yang sudah terlanjur dilakukan peserta didik atau sejumlah peserta didik perlu ditanggulangi dengan tindakan penyembuhan baik secara individual maupun secara kelompok.
Situasi pelanggaran ini dapat berbentuk :
a.       Peserta didik melanggar sejumlah besar peraturan sekolah yang telah disepakati bersama.
b.      Peserta didik tidak mau menerima atau menolak konsekuensi seperti yang telah tercantum dalam peraturan sekolah sebagai akibat dari perbuatannya.
c.       Seorang peserta didik menolak sama sekali aturan khusus yang telah tercantum dalam tata tertib sekolah.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam tindakan penyembuhan ini adalah:
a.       Mengidentifikasi peserta didik yang mendapat kesulitan untuk menerima dan mengikuti tata tertib atau menerima konsekuensi dari pelanggaran yang dibuatnya.
b.      Membuat rencana yang diperkirakan paling tepat tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam mengadakan kontak dengan peserta didik.
c.     Menetapkan waktu pertemuan dengan peserta didik tersebut yang disetujui bersama oleh guru dan peserta didik yang bersangkutan.
d.   Bila saatnya bertemu dengan peserta didik jelaskanlah maksud pertemuan tersebut, dan jelaskan pula manfaat yang mungkin diperoleh oleh peserta didik maupun oleh sekolah.
e.    Tunjukkanlah kepada peserta didik bahwa guru pun bukan orang yang sempurna dan tidak bebas dari kekurangan dan kelemahan dalam berbagai hal. Akan tetapi yang penting antara guru dan peserta didik harus ada kesadaran untuk bersama-sama belajar saling memperbaiki diri, saling menginginkan bagi kepentingan.
f.     Guru berusaha untuk membawa peserta didik kepada masalahnya yaitu pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku di sekolah.
f)       Bila pertemuan yang diadakan dan ternyata peserta didik responsif maka guru bisa mengajak peserta didik untuk melaksanakan diskusi pada saat lain tentang masalah yang dihadapinya. Tentukan waktu diskusi tersebut bersama antara guru dan peserta didik.
g)      Pertemuan guru dan peserta didik harus sampai kepada pemecahan masalah dan sampai kepada ”Kontak” yang diterima peserta didik dalam rangka memperbaiki tingkah­laku peserta didik tentang pelanggaran yang dibuatnya.
h)      Melakukan kegiatan tindak lanjut.

      4. Tertib ke Arah Siasat.
Pembiasan akan disiplin di sekolah akan mempunyai pengaruh yang positif bagi kehidupan peserta didik di masa yang akan datang. Pada mulanya memang disiplin dirasakan sebagai suatu aturan yang mengekang kebebasan peserta didik. Akan tetapi bila aturan ini dirasakan sebagai suatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebaikan diri sendiri dan kebaikan bersama, maka lama kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju ke arah disiplin diri sendiri (self discipline).
Disiplin tidak lagi merupakan suatu yang datang, dari luar yang memberikan keterbatasan tertentu akan tetapi disiplin telah merupakan aturan yang datang dari dalam dirinya sebagai suatu hal yang wajar dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengalaman dasar dalam disiplin akan memberikan kerangka dalam keteraturan hidup selanjutnya. Disiplin diri sendiri hanya akan tumbuh dalam suatu suasana di mana antara guru dan para peserta didik terjalin sikap persahabatan yang berakar pada dasar saling menghormati dan saling mempercayai.
1.      Pada saat-saat tertentu disediakan penghargaan dan hadiah bagi peserta didik yang bertingkah-laku sesuai dengan tuntutan disiplin yang berlaku sebagai tauladan yang baik.
Sikap guru yang demokratis merupakan kondisi bagi terbinanya tertib ke arah siasat. Sikap ini akan memberi kesempatan peserta didik untuk ikut terlibat menegakkan disiplin sekolah, ikut dipikirkan dan ditetapkan bersama.

0 komentar:

Posting Komentar