Menurut Piet Sahertian &
Ida Aleida. Sahertian (1992: 106) Pengelolaan kelas sangat berhubungan dengan keberhasilan dalam situasi
belajar mengajar. Untuk guru diharapkan
terampil untuk menciptakan dan memaklumi kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal dengan cara mendisiplinkan dan
melakukan kegiatan remedial.
Dengan demikian, tindakan
pengelolaan kelas adalah tindakan
yang dilakukan oleh guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar
proses pembelajaran berlangsung aktif.
Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan
jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio-emosional sehingga
terasa benar oleh peserta didik rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar.
Dimensi korektif dapat terbagi dua yaitu tindakan
yang seharusnya segera diambil guru pada saat terjadi gangguan (dimensi
tindakan) dan tindakan penyembuhan terhadap tingkah-laku yang menyimpang yang
terlanjur terjadi agar peyimpangan tersebut tidak berlarut-larut.
Dimensi pencegahan dapat berupa tindakan guru
dalam mengatur lingkungan belajar, mengatur peralatan, dan lingkungan, mengatur sosio-emosional.
1. Kondisi dan situasi pembelajaran
a) Kondisi fisik
Lingkungan fisik tempat
belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan
memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses perbuatan
belajar peserta didik dan mempunyai pengaruh
positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
Lingkungan fisik yang dimaksud akan meliputi hal-hal di bawah ini.
1) Ruangan tempat berlangsungnya proses pembelajaran.
Ruangan tempat
belajar harus memungkinkan semua bergerak
leluasa tidak terdesak-desak dan saling menganggu antara peserta didik
yang situ dengan yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar.
2) Pengaturan tempat duduk
Dalam mengatur tempat duduk
yang penting adalah memungkinkan
terjadinya tatap muka, di mana dengan demikian guru sekaligus dapat mengontrol
tingkah-laku peserta didik. Pengaturan tempat duduk
akan mempengaruhi kelancaran pengaturan
proses pembelajaran. Beberapa pengaturan tempat duduk di antaranya:
a.
Berbaris berjajar.
b. Pengelompokan yang terdiri atas 8 sampai 10
orang.
c.
Setengah lingkaran seperti dalam teater, di mana di samping guru bisa langsung
bertatap muka dengan peserta didik juga
mudah bergerak untuk segera
memberikan bantuan bagi peserta didik.
d.
Berbentuk lingkaran.
e. Individual yang
biasanya terlihat di ruang baca,
perpustakaan, atau di ruang praktik laboratorium.
f.
Adanya dan tersedianya ruangan yang sifatnya bebas di kelas di
samping bangku tempat duduk
yang diatur.
Dengan sendirinya penataan tempat duduk ini dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
3)
Ventalasi dan pengaturan cahaya
Ventalasi harus cukup menjamin kesehatan peserta
didik. Jendela harus cukup besar sehingga, memungkinkan
panas cahaya matahari masuk, udara sehat dengan ventilasi yang baik,
sehingga semua peserta didik dalam kelas dapat menghirup udara segar yang cukup
mengandung O2 (oksigen).
4) Pengaturan penyimpanan barang-barang
Barang-barang hendaknya
disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar. Barang-barang yang
karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas seperti buku
pelajaran, pedoman kurikulum, kartu
pribadi, dan sebagainya, hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak menganggu kegiatan peserta didik.
b) Kondisi sosial-emosional
Suasana sosio-emosional dalam
kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses pembelajaran,
kegairahan peserta didik merupakan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran.
1. Tipe Kepemimpinan
Peranan guru, tipe kepemimpinan guru atau administrasi akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan menghasilkan sikap peserta didik yang submissive atau
apatis. Tapi
di pihak lain juga akan
menumbuhkan sikap yang agressif.
Kedua sikap peserta didik yaitu apatis dan
agressif ini dapat merupakan cumber problem pengelolaan,
baik yang sifatnya individual maupun
kelompok kelas sebagai keseluruhan. Dengan tipe kepemimpinan yang otoriter
peserta didik hanya akan aktif kalau ada guru dan kalau guru tidak mengawasi maka semua aktivitas menjadi menurun.
Aktivitas proses pembelajaran sangat tergantung pada guru dan menuntut sangat
banyak perhatian dari guru.
Tipe kepemimpinan yang cenderung pada laissez-faire biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin. Kalau guru ada peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam kepemimpinan tipe ini malahan biasanya aktifitas peserta didik lebih produktif kalau guru yang inner-directed di mana peserta didik tersebut aktif, penuh kemauan,
berinisiatif, dan tidak selalu menunggu pengarahan. Akan tetapi kelompok
peserta didik semacam ini biasanya tidak cukup banyak.
Tipe kepemimpinan guru yang
lebih menekankan kepada sikap
demokratis lebih memungkinkan terbinanya
sikap persahabatan guru dan peserta didik dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini
dapat membantu menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi
proses pembelajaran yang optimal, peserta didik akan belajar secara produktif baik pads saat diawasi guru maupun tanpa
diawasi guru, dalam kondisi semacam ini biasanya problems pengelolaan bisa
sedikit mungkin.
2.
Sikap guru.
Sikap guru dalam menghadapi peserta didik yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap
bersababat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah-laku peserta didik akan dapat
diperbaiki. Kalau guru terpaksa membenci, bencilah
tingkah-laku buruk peserta didik dan bukan membenci peserta didik.
Terimalah peserta didik
dengan hangat kalau ia insyaf
akan kesalahannya. Berlaku adil dalam bertindak dan ciptakan satu yang
menyebabkan peserta didik sadar akan kesalahannya dan ada dorongan untuk
memperbaiki kesalahannya.
3.
Suara guru.
Suara guru walaupun bukan faktor besar tetapi
turut mempunyai pengaruh dalam belajar. Suara yang
melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh peserta didik secara jelas dan jarak yang
agak jauh akan membosankan dan pelajaran tidak akan diperhatikan. Suasana
semacam ini mengundang tingkah laku yang tidak diinginkan.
Suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas
dengan volume suara yang penuh kedengarannya rileks
akan mendorong peserta didik untuk lebih berani mengajukan pertanyaan,
mencoba sendiri, melakukan percobaan
terarah, dan sebagainya. Tekanan suara hendaknya bervariasi sehingga
tidak membosankan peserta didik yang mendengarnya.
4. Pembinaan Report
Sekali lagi ingin ditekan bah,va
pembinaan hubungan baik dengan peserta didik
dalam masalah pengelolaan sangat penting. Dengan hubungan baik guru peserta didik diharapkan peserta didik senantiasa gembira, penuh gairah dan
semangat, bersikap optimistik, serta realistik dalam kegiatan belajar yang
sedang dilakukan.
c)
Kondisi organizational
Kegiatan rutin yang secara
organizational dilakukan baik di tingkat kelas maupun di tingkat sekolah akan dapat mencegah
masalah pengelolaan kelas.
Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan
kepada semua peserta didik secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri setiap peserta
didik kebiasaan yang baik dan keteraturan tingkah-laku
kegiatan tersebut antara lain sebagai bentuk berikut:
1. Pergantian pelajaran atau kuliah
Untuk beberapa
pelajaran mungkin ada baikmya
peserta didik tetap berada dalam satu ruangan dan guru yang datang. Akan tetapi
untuk pelajaran-pelajaran tertentu, seperti bekerja di laboratorium, olahraga, keseman, menggambar, dan sebagainya,
peserta didik diharuskan pindah ruangan.
2.
Guru yang berhalangan hadir
Jika suatu saat seorang guru
berhalangan hadir karena satu atau lain hal, maka peserta didik disuruh tetap berada di dalam kelas dengan tenang untuk
menunggu guru yang bersangkutan selama 10 menit. Bila setelah waktu 10 menit
guru yang mendapat giliran juga belum datang, ketua diwajibkan lapor kepada
guru piket dan guru piket yang akan mengambil inisiatif untuk mengatasi
kekosongan guru tersebut.
3.
Masalah antar peserta didik.
Jika terjadi masalah antar peserta didik yang tidak dapat
diselesaikan antar mereka, ketua dapat melapor kepada wali kelas untuk
bersama-sama memecahkan dan mengatasi
masalah tersebut. Jika pemecahannya belum tuntas diselesaikan, ketua
bersama wah kelas atau OSIS dapat menghadap pimpinan institusi untuk
mendapatkan petunjuk kebijakan dalam mengatasi masalah tersebut.
4. Upacara Bendera
Dalam upacara bendera harus sudah ditetapkan giliran yang memimpin
upacara, baik dari pihak
guru maupun dari pihak peserta didik. Sehingga semua sivitas tahu persis jam berapa mereka harus mulai sekolah, siapa yang harus memberikan nasehat, pengarahan, dan sebagainya.
5. Kegiatan lainnya
Demikian pula kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan rutin seperti
prosedur penyampaian
informasi dari sekolah kepada guru, dan peserta didik
menyampaikan peraturan sekolah yang baru,
pesta sekolah, hari libur, kematian anggota sivitas, ikut menanggulangi bencana alam, dan lain-lain dan harus dapat diatur
secara jelas, tidak kaku dan harus cukup fleksibel.
2. Disiplin dan tata tertib
Menurut Oteng Sutisna (1989:109) disiplin adalah Esensial bagi semua
kegiatan kelompok yang terorganisasi. Para anggota harus mengendalikan keinginan-keinginan pribadi masing-masing
dan bekerja sama untuk kebaikan semua. Piet Sahertian & Ida Aleida
Sahertian (1992:106) menjelaskan disiplin sebenarnya merupakan akibat dari
pengelolaan kelas yang efektif.
a. Pengertian
Disiplin.
Dalam arti
luas disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditunjukkan untuk membantu
peserta didik agar dia dapat memahami dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang
mungkin ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya.
Disiplin timbul dari kebutuhan untuk mengadakan
keseimbangan antara apa yang ingin dilakukan oleh individu dan apa yang
diinginkan individu dari orang lain sampai
batas-batas tertentu dan memenuhi tuntutan
orang lain dari dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan
dari perkembangan yang lebih luas.
Menurut Wikipedia, (2006)
mengemukakan disiplin merupakan bentuk pelatihan yang menghasilkan suatu karakter
atau perilaku khusus yang
menghasilkan perkembangan moral, fisik dan mental untuk tujuan tertentu.
Dengan disiplin para peserta
didik bersedia untuk tunduk
dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi
larangan tertentu. Kesediaan semacam ini
harus dipelajari dan harus secara sabar diterima dalam rangka memelihara
kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas-tugas sekolah.
Satu keuntungan lain dari adanya disiplin adalah peserta didik belajar hidup dengan pembiasan yang
baik, positif, dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta didik akan tetapi
sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada peserta didik
dalam batas-batas kemampuannya. Akan tetapi juga kalau kebebasan peserta didik terlampau dikurangi,
dikekang dengan peraturan maka peserta didik akan berontak dan mengalami frustasi
dan kecemasan.
Di sekolah, disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah-laku peserta didik yang dikehendaki
agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal.
b. Sumber-sumber pelanggaran disiplin
Kita sudah sependapat tentang
satu asumsi yang menyatakan bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya untuk
mencapai tujuan yaitu
pemenuhan kebutuhan. Pengenalan terhadap kebutuhan peserta didik secara, baik
merupakan andil yang besar bagi pengendalian disiplin. Maslow mengemukakan
teori ”Hierarki kebutuhan manusia” yang dapat digambarkan dalam bentuk ”piramid
kebutuhan manusia” sebagai berikut:
PIRAMIDA KEBUTUHAN MANUSIA
Being Needs
Being Needs
Keterangan :
a.
Kebutuhan
fisik manusia merupakan kebutuhan dasar bagi kelansungan hidupnya seperti
makan, minum, perlindungan, fisik, sex, dan sebagainya.
b.
Kebutuhan akan rasa aman baik fisik, dan perasaan keamanan terhadap masa depan yang
dihadapinya.
c.
Kebutuhan akan cinta kasih,
mencintai orang lain dan dicintai orang lain, penerimaan, pembenaran, dan cinta
kasih orang lain pada dirinya.
d.
Kebutuhan akan penghargaan dan
untuk dikenal orang lain, merasa berguna bagi orang lain, mempunyai pengaruh terhadap orang lain, dan lain
sebagainya.
e.
Kebutuhan akan pengetahuan dan
pemahaman, terhadap berbagai hal agar
individu dapat mengambil; berbagai keputusan yang bijaksana terhadap beberapa hal dalam menghadapi dunianya
secara efektif.
f.
Kebutuhan akan keindahan dan
aktualisasi diri yangmerupakan kebutuhan untuk berpengalaman mengaktualisasikan
dirinya dalam dunia nyata secara langsung agar
dari pengalaman ia akan lebih kreatif, toleran, dan spontan.
1)
Bila kebutuhan ini tidak lagi dapat
dipenuhi melalui cara-cara yang sudah biasa dalam masyarakat, maka akan terjadi ketidakseimbangan pada diri individu, dan
yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan
cara-cara lain yang sering kurang bisa diterima masyarakat.
c. Penanggulanan pelanggaran disiplin.
Ada berbagai cara yang dapat
ditempuh guru dalam
menanggulangi pelanggaran disiplin.
1)
Pengenalan Peserta Didik
Makin baik guru mengenal peserta didik makin besar kemungkinan guru untuk mencegah terjadinya pelanggaran
disiplin. Sebaiknya yang
frustasi karma merasa tidak mendapat perhatian guru dengan semestinya, sangat
mungkin terjadi peserta didik tidak disiplin sekolah.
Setiap peserta didik pada dasarnya mempunyai daya atau tenaga untuk mengontrol dirinya. Peserta didik yang tidak diperhatikan orang tua dan
gurunya dan kurang dapat mengontrol dirinya sendiri biasanya kurang menghargai
otoritas dan mereka tidak menyukainya dan membencinya.
2)
Melakukan tindakan korektif.
Dalam kegiatan pengelolaan, tindakan dapat segera
sangat diperlukan. Dimensi tindakan merupakan
kegiatan yang seharusnya dilakukan guru bila terjadi masalah
pengelolaan. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memonitor efektivitas aturan
tata tertib. Setelah jangka waktu tertentu guru bersama-sama peserta didik
dapat meninjau kembali aturan sekolah. Bagaimana
cara melakukan dimensi tindakan ini beberapa hal di bawah ini dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi guru.
a. Lakukan
tindakan dan bukan ceramah.
Bila ada seorang peserta didik melakukan tindakan yang dapat mengganggu kelas, lakukan
tindakan menghentikan kegiatan tersebut
secara tepat dan segera. Cara berteriak atau memberikan ceramah tentang kesalahan yang dibuat peserta didik pada saat
itu akan membuat peserta didik inalah menjadi terbimbing. Pesan-pesan non
verbal atau body language baik berupa isyarat tangan, bahu, kepala, alis, dan sebagainya dapat membantu guru
dalam pengelolaan.
b. Do not bargain/tidak ada kesepakatan
Bila terjadi pelanggaran yang dilakukan peserta
didik dan melibatkan atau menyalahkan
peserta didik lainnya guru harus segera melakukan tindakan untuk
menghentikan gangguan tersebut. Tidak ada untungnya kalau pada saat itu juga
membuka forum diskusi untuk membicarakan tentang peraturan dan mencari siapa
yang bersalah.
Sekali lagi segera hentikan
penyimpangan tingkah laku
peserta didik dengan tindakan.
c.
Gunakan “Kontrol” kerja
Mungkin sekali banyak hal yang belum tercakup dalam tata tertib terjadi dalam kelas.
Kewajiban guru adalah mencoba menghindarkan hal-hal tersebut dengan melakukan
kontrol sosial.
Misalnya dengan membuat ruangan berbentuk tapal
kuda sehingga guru dapat langsung berhadapan
muka dengan para peserta didik dan sekaligus dapat mengontrol tingkah laku
mereka.
d.
Nyatakan peraturan dan
konsekuensinya
Bila ada peserta didik melanggar peraturan sekolah, komunikasikan kembali
apa aturan yang dilanggarnya secara jelas dan kemukakan akibatnya bila peraturan yang
telah dibuat dan disepakati bersama dilanggar. Konsekuensi ini dilakukan secara
bertahap dimulai dan peringatan, teguran, memberi
tanda cek, disuruh menghadap kepala sekolah dan atau dilaporkan kepala
orang tuanya tentang pelanggaran yang dilakukannya di sekolah.
Bila
ada tindakan peserta didik yang mengganggu suasana proses pembelajaran segera hentikan gangguan tersebut, kemudian usahakan memahami alasan mengapa
peserta didik tersebut bertindak demikian. Kemukakan
kepadanya harapan kita sebagai guru dan teman-teman lain yang akan terganggu
konsentrasinya dan nyatakan tingkah laku bagaimana yang diharapkan dari peserta
didik yang bersangkutan.
Tindakan guru hendakiya cukup tegas dan berwibawa dan hendaknya dihindarkan hal-hal/tindakan yang menyebabkan
peserta didik mendapat malu di depan teman-temannya. Pertanyaan peraturan dan konsekuensi dari
pelanggaran harus didengarkan oleh teman-temannya.
3. Melakukan Tindakan Penyembuhan
Pelanggaran yang sudah terlanjur dilakukan peserta
didik atau sejumlah peserta didik perlu ditanggulangi
dengan tindakan penyembuhan baik secara individual maupun secara
kelompok.
Situasi
pelanggaran ini dapat berbentuk :
a.
Peserta didik melanggar sejumlah besar peraturan sekolah yang
telah disepakati bersama.
b.
Peserta didik tidak mau menerima atau menolak konsekuensi
seperti yang telah tercantum
dalam peraturan sekolah sebagai akibat dari perbuatannya.
c.
Seorang
peserta didik menolak sama sekali aturan
khusus yang telah tercantum dalam tata tertib sekolah.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam
tindakan penyembuhan ini adalah:
a.
Mengidentifikasi
peserta didik yang mendapat kesulitan untuk
menerima dan mengikuti tata tertib atau menerima konsekuensi dari
pelanggaran yang dibuatnya.
b.
Membuat
rencana yang diperkirakan paling tepat tentang langkah-langkah yang akan ditempuh
dalam mengadakan kontak dengan peserta didik.
c.
Menetapkan waktu pertemuan dengan peserta didik tersebut yang disetujui bersama oleh guru
dan peserta didik yang bersangkutan.
d.
Bila saatnya bertemu dengan peserta didik
jelaskanlah maksud pertemuan tersebut, dan jelaskan pula manfaat yang mungkin
diperoleh oleh peserta didik maupun oleh sekolah.
e.
Tunjukkanlah
kepada peserta didik bahwa guru pun bukan orang yang sempurna dan tidak bebas dari kekurangan dan kelemahan
dalam berbagai hal. Akan tetapi yang penting antara
guru dan peserta didik harus ada kesadaran untuk bersama-sama belajar
saling memperbaiki diri, saling menginginkan bagi kepentingan.
f.
Guru
berusaha untuk membawa peserta didik kepada masalahnya yaitu pelanggaran
terhadap peraturan yang berlaku di sekolah.
f) Bila pertemuan yang diadakan dan ternyata peserta didik responsif maka guru bisa mengajak
peserta didik untuk melaksanakan diskusi pada saat lain tentang masalah yang dihadapinya. Tentukan waktu diskusi tersebut bersama
antara guru dan peserta didik.
g) Pertemuan guru dan
peserta didik harus sampai kepada pemecahan masalah dan sampai kepada ”Kontak” yang
diterima peserta didik dalam rangka memperbaiki tingkahlaku peserta didik tentang pelanggaran yang
dibuatnya.
h)
Melakukan
kegiatan tindak lanjut.
4. Tertib ke Arah Siasat.
Pembiasan akan disiplin di sekolah akan mempunyai
pengaruh yang positif bagi kehidupan peserta didik di masa yang akan datang.
Pada mulanya memang disiplin dirasakan
sebagai suatu aturan yang mengekang kebebasan peserta didik. Akan tetapi bila aturan ini dirasakan
sebagai suatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk
kebaikan diri sendiri dan kebaikan bersama,
maka lama kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju ke arah
disiplin diri sendiri (self discipline).
Disiplin tidak lagi merupakan
suatu yang datang, dari luar
yang memberikan keterbatasan tertentu akan
tetapi disiplin telah merupakan aturan
yang datang dari dalam dirinya sebagai suatu hal yang wajar dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Pengalaman dasar dalam disiplin
akan memberikan kerangka
dalam keteraturan hidup selanjutnya. Disiplin
diri sendiri hanya akan tumbuh dalam suatu suasana di mana antara guru
dan para peserta didik terjalin sikap persahabatan yang berakar pada dasar
saling menghormati dan saling mempercayai.
1.
Pada saat-saat tertentu disediakan penghargaan dan hadiah bagi
peserta didik yang
bertingkah-laku sesuai dengan tuntutan disiplin yang berlaku sebagai tauladan
yang baik.
Sikap guru yang
demokratis merupakan kondisi
bagi terbinanya tertib ke arah siasat. Sikap
ini akan memberi kesempatan peserta didik untuk ikut terlibat menegakkan
disiplin sekolah, ikut dipikirkan dan
ditetapkan bersama.
0 komentar:
Posting Komentar