This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 16 Maret 2016

PROSEDUR MANAJEMEN KELAS


Guru merupakan kunci keberhasilan dalam pengelolaan proses pembelajaran, sementara itu manajemen kelas merupakan salah satu aspek dari pengelolaan proses pembelajaran yang paling rumit tetapi menarik perhatian. Rumit, karena manajemen kelas itu memerlukan berbagai kriteria keterampilan, pengalaman, bahkan kepribadian serta sikap dan nilai seorang guru. Dua guru yang sama-sama pandai dan berpengalaman tetapi berbeda dalam kepribadian, sikap dan nilai termasuk cara menyikapi subjek didik akan lain situasi belajarnya yang dihasilkan oleh kedua orang guru tadi. Disinilah letaknya seni dalam mengelola proses pembelajaran.
Manajemen kelas, dikatakan menarik, karena selain memerlukan kemampuan pribadi serta ketekunan menghadapinya disatu sisi, di sisi lain calon guru, guru, dan guru yang berpengalaman sekalipun akan bergelut dengan manajemen kelas agar terselenggara proses pembelajaran yang efektif demi tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru mempunyai peranan yang besar dalam menentukan keberhasilan manajemen kelas maupun manajemen pembelajaran. Penciptaan sistem lingkungan yang merangsang anak untuk belajar sangat diperlukan karena hanya dengan situasi belajar seperti itulah tujuan akan tercapai.
Berdasar penjelasan tersebut di atas, mengisyaratkan bahwa guru harus memiliki kemampuan profesional termasuk kemampuan memanajemeni kelas. Untuk memiliki kemampuan manajemen kelas guru antara lain harus memahami prosedur dan rancangan prosedur manajemen kelas.
Manajemen kelas merupakan suatu tindakan yang menunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang berusaha menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Apabila seorang guru melakukan kegiatan manajemen kelas dengan atau melalui langkah-langkah tertentu, berarti guru tersebut sudah melakukan kegiatan manajemen kelas berdasar prosedur manajemen kelas. Prosedur manajemen kelas adalah serangkaian langkah kegiatan manajemen kelas yang dilakukan bagi terciptanya kondisi optimal serta mempertahankan kondisi optimal tersebut supaya proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Serangkaian langkah kegiatan manajemen kelas mengacu kepada: 1) tindakan pencegahan (preventif) dengan tujuan menciptakan kondisi pembelajaran yang menguntungkan, dan 2) tindakan korektif yang merupakan tindakan koreksi terhadap tingkah laku menyimpang yang dapat menggangu kondisi optimal dari proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Mengacu kepada buah tindakan dalam kegiatan manajemen kelas yaitu tindakan pencegahan (preventif) dan tindakan penyembuhan (kuratif) maka tindakan manajemen kelas juga dapat menjurus kepada tindakan manajemen dimensi pencegahan dan tindakan manajemen dimensi kuratif.
a.       Dimensi pencegahan (preventif)
Merupakan tindakan guru dalam mengatur peserta didik dan peralatan serta format pembelajaran yang tepat sehingga menumbuhkan kondisi yang menguntungkan bagi berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Maka prosedur pencegahannya merupakan langkah-langkah yang harus diambil oleh guru dalam rangka mengatur peserta didik dan format pembelajaran yang tepat yang mendukung berlangsungnya proses pembelajaran.
Langkah-langkah pencegahannya sebagai berikut:
1)      Peningkatan kesadaran diri sebagai guru
Langkah  peningkatan kesadaran diri sebagai guru merupakan langkah yang strategis dan mendasar, karena dengan dimilikinya kesadaran ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya. Indikasinya adalah kesadaran diri sebagai guru akan tampak pada sikap guru yang demokratis, sikap yang stabil, kepribadian yang harmonis, dan berwibawa. Penampakan sikap seperti itu akan menumbuhkan respon dan tanggapan positif dari para peserta didik.
2)      Peningkatan kesadaran peserta didik
Interaksi positif antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran terjadi apabila dua kesadaran, kesadaran guru dan peserta didik bertemu. Kurangnya kesadaran peserta didik akan menumbuhkan sikap suka marah, mudah tersinggung, yang pada gilirannya memungkinkan peserta didik melakukan tindakan-tindakan yang kurang terpuji yang dapat mengganggu kondisi optimal dalam rangka pembelajaran. Untuk meningkatkan kesadaran peserta didik, maka kepada mereka perlu dilaksanakan hal-hal berikut: 1) memberitahukan akan hak dan kewajiban sebagai peserta didik, 2) memperhatikan kebutuhan, keinginan, dan dorongan para peserta didik, 3) menciptakan suasana saling pengertian, saling menghormati, dan rasa keterbukaan antara guru dan para peserta didik.
3)      Sikap polos dan tulus dari guru
Peran sangat besar dan berpengaruh dalam menciptakan kondisi optimal proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru hendaknya bersikap polos dan tulus terhadap para peserta didik. Sikap ini mengandung makna bahwa guru dalam segala tindakannya tidak boleh berpura-pura bersikap dan bertindak apa adanya. Sikap dan tindak laku seperti itu sangat membantu dalam memanajemeni kelas. Guru dengan sikap dan kepribadiannya sangat mempengaruhi lingkungan belajar, karena tingkah laku, cara menyikapi, dan tindakan guru merupakan stimulus yang akan direspon atau diberikan reaksi oleh para peserta didik. Kalau stimulus itu positif maka respon atau reaksinya juga positif. Sebaliknya kalau stimulus itu negatif maka respon atau reaksi yang akan muncul adalah negatif. Sikap hangat, terbuka, mau mendengarkan harapan dan atau keluhan para siswa, akrab dengan guru akan membuka kemungkinan terjadinya interaksi dan komunikasi wajar antara guru dan peserta didik.
4)      Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan
Untuk mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan, langkah ini menuntut guru: 1) melakukan identifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku peserta didik yang sifatnya individual maupun kelompok tersebut termasuk penyimpanganyang disenaja dilakukan peserta didik yang hanya sekedar untuk menarik perhatian guru atau teman-temannya. 2) mengenal berbagai pendekatan dalam manajemen kelas. Guru hendaknya berusaha menggunakan pendekatan manajemen kelas yang dianggap tepat untuk mengatasi suatu situasi atau menggantinya dengan pendekatan yang dipilihnya, 3) mempelajari pengalaman guru-guru lainnya yang gagal atau berhasil sehingga dirinya memiliki alternatif yang bervariasi dalam menangani berbagai problema manajemen kelas.
5)      Menciptakan kontrak sosial
Penciptaaan kontrak sosial pada dasarnya berkaitan dengan “standar tingkah laku” yang diharapkan seraya memberi gambaran tentang fasilitas beserta keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan peserta didik. Pemenuhan kebutuhan tersebut sifanya individual maupun kelompok dan memenuhi tuntutan dan kebutuhan sekolah. Standar tingkah laku ini dibentuk melalui kontrak sosial antara sekolah/guru dan peserta didik. Norma atau nilai yang turunnya dari atas dan tidak dari bawah, jadi sepihak, maka akan terjadi bahwa norma itu kurang dihormati dan ditaati. Oleh sebab itu, dalam rangka memanajemeni kelas norma berupa kontrak social (daftar aturan = tata tertib) dengan sanksinya yang mengatur kehidupan dalam kelas, perumusannya harus dibicarakan atau disetujui oleh guru dan peserta didik. Kebiasaan yang terjadi dewasa ini bahwa aturan-aturan sebagai standar tingkah laku berasal dari atas (sekolah/guru). Para peserta didik dalam hal ini hanya menerima saja apa yang ada. Mereka tidak memiliki pilihan lain untuk menolaknya. Konsekuensi terhadap kondisi demikian akan memungkinkan timbulnya persoalan-persoalan dalam manajemen kelas karena para peserta didik tidak merasa turut membuat serta memeiliki peraturan sekolah yang sudah ada tersebut.
b.      Dimensi kuratif
Merupakan tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang yang sudah terlanjur terjadi agar penyimpangan itu tudak berlarut-larut. Guru berusaha untuk menumbuhkan kesadaran akan penyimpangan yang dibuat dan akhirnya akan menimbulkan kesadaran dan tanggung jawab untuk memperbaiki diri melalui kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dapat dipertanggung jawabkan.
Langkah-langkah prosedur dimensi penyembuhan adalah:
  1. Mengidentifikasi masalah
Guru, pada langkah ini melakukan kegiatan untuk mengenal atau mengetahui masalah-masalah manajemen kelas yang timbul dalam kelas. Berdasar masalah tersebut guru mengidentifikasi jenis-jenis penyimapangan sekaligus mengetahui latar belakang yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan tersebut.
  1. Menganalisis masalah
Guru, pada langkah ini berusaha menganalisis penyimpangan peserta didik dan menyimpulkan latar belakang dan sumber-sumber dari penyimpangan itu. Setelah diketemukan hal-hal yang berkaitan dengan penyimpangan tersebut guru kemudian melanjutkan usahanya yaitu menentukan alternatif-alternatif penanggulangan atau penyembuhan penyimpangan itu.
  1. Menilai alternative-alternatif pemecahan
Guru, pada langkah ini adalah menilai dan memilih alternative pemecahan masalah berdasar sejumlah alternative yang telah tersusun. Memilih dalam arti menentukan alternative mana yang paling tepat auntuk menanggulangi penyimpangan peserta didik tersebut. Sesudah terpilih alternative pemecahan yang dianggap tepat, selanjutnya guru melaksanakan alternative pemecahan itu.
  1. Mendapatkan balikan
Guru, pada langkah ini yang didahului dengan langkah monitoring, melakukan kegiatan kilas balik. Kegiatan kilas balik ini dimaksudkan untuk menilai keampuhan pelaksanaan dari alternative pemecahan yang dipilih untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan kilas balik dapat dilaksanakan dengan mengadakan pertemuan dengan para peserta didik.dalam pertemuan tersebut perlu dijelaskan: maksud pertemuan dan manfaat pertemuan. Maksud pertemuan perlu dijelaskan oleh guru sehingga peserta didik mengetahui serta mengajari bahwa pertemuan diusahakan dengan penuh ketulusan, semata-mata untuk perbaikan, baik untuk peserta didik maupun sekolah. Manfaat pertemuan juga perlu dijelaskan karena dengan mengetahui kemanfaatan pertemuan tersebut para peserta didik akan mengikuti pertemuan itu dengan baik. Selain itu, perlu disikapi pengendalian perilaku guru dalam pertemuan tersebut. Tunjukkan kepada para peserta didik bahwa guru bukanlah orang sempurna atau tidak bebas dari kekurangan dan kelemahan. Sehingga antara guru dan peserta didik diperoleh kesadaran untuk bersama-sama belajar saling memperbaiki dan saling mengingatkan, yang semuanya itu untuk kepentingan bersama.informasi yang diperoleh dari balikan ini merupakan bahan yang sangat berguna untuk menilai program, dan akhirnya merupakan dasar melakukan perbaikan program.

Rabu, 09 Maret 2016

PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS


Pendekatan Pendekatan dalam manajemen kelas

1.      Pendekatan Otoriter
Pendekatan otoriter memandang bahwa manajerial kelas sebagai suatu pendekatan pengendalian perilaku peserta didik oleh guru. Pendekatan ini menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Tujuan guru yang utama ialah mengendalikan perilaku peserta didik. Guru bertanggung jawab mengendalikan perilaku peserta didik karena gurulah yang paling mengetahui dan berurusan dengan peserta didik. Tugas ini sering dilakukan guru dengan menciptakan dan menjalankan peraturan dan hukuman.
Pendekatan otoriter janganlah dipandang sebagai strategi yang bersifat mengintimidasi. Guru yang mempraktekkan pendekatan otoriter tidak memaksakan kepatuhan, merendahkan peserta didik, dan tidak bertindak kasar. Guru otoriter bertindak untuk kepentingan peserta didik dengan menerapkan disiplin yang tegas.
Pendekatan otoriter menawarkan lima strategi yang dapat diterapkan dalam memanajemeni kelas yaitu (1) menetapkan dan menegakkan peraturan, (2) memberikan perintah, pengarahan, dan pesan, (3) menggunakan teguran, (4) menggunakan pengendalian dengan mendektai, dan (5) menggunakan pemisahan dan pengucilan.
2.      Pendekatan Intimidasi
Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses pengendalian perilaku peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang menekankan perilaku guru yang manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku guru yang mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan, ancaman, menyalahkan. Peranan guru adalah memaksa peserta didik berperilaku sesuai dengan perintah guru.
Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran keras. Teguran keras adalah perintah verbal yang keras yang diberikan pada situasi tertentu dengan maksud untuk segera menghentikan perilaku siswa yang penyimpangannya berat. Misal, guru memergoki dua peserta didik berkelahi.kemudian guru bertindak “berhenti” dengan harapan setelah mendengar suara guru kedua peserta didik itu akan berhenti berkelahi. Kehadiran guru membuat mereka takut, takut karena mereka membayangkan akan memperoleh hukuman yang sangat berat. Dengan demikian, pendekatan intimidasi hanya baik untuk menghentikan perbuatan yang salah berat dengan segera. Apabila perbuatan salah itu selesai atau berhenti maka tindakan intimidasi tidak akan seproduktif strategi lain.
Kendatipun pendekatan intimidasi telah dipakai secara luas dan ada manfaatnya, terdapat kecaman terhadap pendekatan ini. Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani gejala-gejala masalahnya, bukan masalahnya itu sendiri. Kelemahan lain yang timbul dari penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru dan peserta didik.
3.      Pendekatan Permisif
Pendekatan permisif adalah pendekatan yang menekankan perlunya memaksimalkan kebebasan siswa. Tema sentral dari pendekatan ini adalah: apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya membiarkan peserta didik bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkannya. Peranan guru adalah meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan membantu pertumbuhannya secara wajar. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin, dan berperan sebagai pendorong mengembangkan potensi peserta didik secara penuh.
Pendekatan permisif sedikit penganjurannya. Pendekatan ini kurang menyadari bahwa sekolah dan kelas adalah sistem sosial yang memiliki pranata-pranata sosial. Dalam sistem sosial para anggotanya, dalam hal ini guru dan peserta didik menyandang hak dan kewajiban. Mereka diharapkan bertindak sesuai dengan hak dan kewajibannya dan diterima oleh semua pihak. Perbuatan yang bebas tanpa batas akan memerkosa dan mengancam hak-hak orang lain.
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pendekatan permisif dalam bentuknya yang murni tidak produktif diterapkan dalam situasi atau lingkungan sekolah dan kelas. Namun disarankan agar guru memberikan kesempatan kepada para peserta didik melakukan urusan sendiri apabila hal itu berguna. Urusan itu seperti para peserta didik memperoleh kesempatan secara psikologis, memilkul risiko yang aman, mengatur kegiatan sekolah sesuai cakupannya, mengembangkan kemampuan memimpin diri sendiri, disiplin sendiri, dan tanggung jawab sendiri. Dengan demikian, guru harus dapat menemukan cara untuk memberikan kebebasan sebesar mungkin kepada peserta didik di satu sisi, di sisi lain tetap dapat mengendalikan kebebasan itu dengan penuh tanggung jawab.
4.      Pendekatan Buku Masak
Pendekatan buku masak adalah pendekatan berbentuk rekomendasi berisi daftar hal-hal yang harus dilakukan atau yang tidak harus dilakukan oleh seorang guru apabila menghadapi berbagai tipe masalah manajemen kelas. Daftar tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan ini biasanya dapat ditemukan dalam artikel: Tiga puluh cara untuk memperbaiki perilaku peserta didik, misalnya karena daftar ini sering merupakan resep yang cepat dan mudah, pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan “buku masak”. Berikut ini adalah cotoh khas jenis pernyataan yang dapat dijumpai dalam daftar “buku masak”
Selalulah menegur siswa secara empat mata
Jangan sekali-kali meninggikan suara pada saat waktu memperingatkan siswa
Tegas dan bertindak adil sewaktu berurusan dengan siswa
Jangan pandang bulu dalam memberikan penghargaan
Senantiasalah meyakinkan diri lebih dahulu akan kesalahan siswa sebelum menjatuhkan hukuman
Selalulah meyakinkan diri bahwa siswa mengetahui semua peraturan yang ada
Tetaplah konsekuen dalam menegakkan peraturan
Pendekatan buku masak tidak dijabarkan atas dasar konsep yang jelas, sehingga tidak ditemukan prinsip-prinsip yang memungkinkan guru menerapkan secara umum pada masalah-masalah lain. Pendekatan ini cenderung menumbuhkan sikap reaktif pada diri guru dalam memanajemeni kelas. Dengan kata lain, guru biasanya memberikan reaksi terhadap masalah tertentu dan sering mempergunakan dalam jangka pendek. Kelemahan lain pendekatan buku masak adalah apabila resep tertentu gagal mencapai tujuan, guru tidak dapat memilih alternatif lain, karena pendekatan ini bersifat mutlak. Guru yang bekerja dengan kerangka acuan buku masak akan merugikan diri sendiri dan tidak mungkin menjadi manajer kelas yang efektif.
5.      Pendekatan Instruksional
Pendekatan instruksional adalah pendekatan yang mendasarkan kepada pendirian bahwa pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah timbulnya sebagian besar masalah manajerial kelas. Pendekatan ini berpendapat bahwa manajerial yang efektif adalah hasil perencanaan pengajaran yang bermutu. Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap peserta didik.
Para penganjur pendekatan instruksional dalam manajemen kelas cenderung memandang perilaku instruksional guru mempunyai potensi mencapai dua tujuan utama manajemen kelas. Tujuan itu adalah: 1) mencegah timbulnya masalah manajerial, dan 2) memecahkan masalah manajerial kelas. Cukup banyak contoh yang membuktikan bahwa kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik adalah merupakan faktor utama dalam pencegahan timbulnya masalah manajemen kelas. Oleh karena itu, para pengembang pendekatan instruksional menyarankan guru dalam mengem
bangkan strategi manajemen kelas memperhatikan hal-hal berikut ini: 1) menyampaikan kurikulum dan pelajaran yang menarik, relevan, dan sesuai, 2) menerapkan kegiatan yang efektif, 3) menyediakan daftar kegiatan rutin kelas, 4) memberikan pengarahan yang jelas, 5) menggunakan dorongan yang bermakna, 6) memberikan bantuan mengatasi rintangan, 7) merencanakan perubahan lingkungan, 8) mengatur kembali struktur situasi.
Menyampaikan kurikulum pelajaran yang menarik, relevan, dan sesuai dengan secara empiris dianggap sebagai penangkal perilaku menyimpang para peserta didik di dalam kelas. Di samping itu penelitian-penelitian menemukan bukti-bukti bahwa kunci keberhasilan manajemen kelas ialah kemampuan guru mempersiapkan dan menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar. Hal itu akan mencegah perhatian yang kurang, kebosanan, dan perilaku menyimpang. Guru yang berhasil ialah guru yang menyajikan pelajaran yang disiapkan dengan baik, yang berlangsung dengan lancar, dan dengan tempo yang baik, tepat dan jelas arahnya, memberikan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan dan minat peserta didik.
Menerapkan kegiatan yang efektif adalah kemampuan guru mengatur arus dan tempo kegiatan kelas oleh banyak orang sehingga mencegah peserta didik melalaikan tugasnya. Kegiatan guru yang meloncat-loncat (mendesak, tergantung, terputus, berubah arah), bertele-tele, dan terpisah-pisah adalah kegiatan-kegiatan yang tidak efektif, dan akan mengundang perilaku peserta didik untuk menyimpang.
Menetapkan kegiatan rutin kelas adalah kegiatan sehari-hari yang perlu dipahami dan dilakukan peserta didik. Informasi kegiatan ini disampaikan guru pada awal pertemuan dengan para peserta didik di kelas. Penjelasan secukupnya mengenai harapan guru yang berkaitan dengan kegiatan rutin kelas merupakan langkah yang menentukan efektivitas manajemen kelas dan pengembangkan kelas yang produktif. Proses ini membatasi kemungkinan timbulnya masalah manajemen kelas seminimal mungkin.
Memberikan pengarahan yang jelas adalah kegiatan mengkomunikasikan harapan-harapan yang diinginkan guru. Instruksi yang jelas, sederhana, ringkas, tepat pada sasaran, sistematis akan membantu efektivitas manajemen kelas, sehingga masalah-masalah menyimpang yang disebabkan oleh pengarahan yang buruk dapat dihindari.
Memberikan dorongan yang bermakna adalah suatu proses dimana guru berusaha menunjukkan minat yang sungguh-sungguh terhadap perilaku peserta didik yang menunjukkan tanda-tanda kebosanan dan keresahan. Kegiatannya, misalnya, guru dapat mendekati peserta didik, memeriksa pekerjaannya, memberikan penghargaan pada usahanya, dan memberikan saran-saran perbaikan lebih lanjut. Dengan cara ini guru membantu peserta didik meneruskan aktivitasnya dan mencegah timbulnya perilaku menyimpang.
Memberikan bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk pertolongan yang diberikan oleh guru untuk membantu peserta didik menghadapi persoalan yang mematahkan semangat, pada saat mereka benar-benar memerlukannya. Proses bantuannya dilaksanakan sebelum situasi berkembang hingga tidak dapat dikuasai. Bantuan mengatasi rintangan ini adalah cara yang sangat bermanfaat untuk mecegah perilaku mengganggu.
Merencanakan perubahan lingkungan adalah proses mempersiapkan kelas atau lingkungan menghadapi perubahan-perubahan situasi. Misalnya, peserta didik harus disipakan atas kemungkinan guru tidak dapat hadir selama beberapa hari dan akan diagntikan oleh guru lain. Perencanaan yang disiapkan sebelumnya akan membantu peserta didik memahami hal itu dan akan berperilaku sesuai dengan yang direncanakan guru. Dengan demikian, timbulnya masalah manajemen kelas dapat dicegah secara dini.
Merencanakan dan mengubah lingkungan kelas adalah proses penciptaan lingkungan yang menyenangkan dan tertib. Kegiatan ini dimaksudkan memaksimalkan produktivitas dan meminimalkan perilaku menyimpang, dan dirancang dengan baik. Merencanakan dan mengubah lingkungan kelas diperlukan untuk mencegah atau mengurangi jenis-jenis perilaku tertentu yang tidak diinginkan.
Mengatur kembali struktur situasi adalah strategi manajerial kelas dalam memulai suatu kegiatan atau mengerjakan tugas dengan cara yang lain atau cara yang berbeda. Mengubah sifat kegiatan, mengubah pusat perhatian, atau menggunakan cara baru untuk mengerjakan hal-hal lama akan efektif mencegah timbulnya masalah manajemen kelas, khususnys yang bersumber pada perasaan bosan.
6.      Pendekatan Pengubahan Perilaku
Pendekatan pengubahan perilaku didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi behaviorisme. Prinsip utama yang mendasari pendekatan ini adalah perilaku merupakan hasil proses belajar. Prinsip ini berlaku baik bagi perilaku yang sesuai maupun perilaku yang menyimpang. Penganjur pendekatan ini berpendapat bahwa seorang peserta didik berperilaku menyimpang adalah disebabkan oleh salah satu dari dua alasan berikut: 1) peserta didik telah belajar berperilaku yang tidak sesuai, atau 2) peserta didik tidak belajar berperilaku yang sesuai.
Pendekatan pengubahan perilaku dibangun atas dasar dua asumsi utama yaitu: 1) empat proses dasar belajar, 2) pengaruh kejadian-kejadian dalam lingkungan. Tugas guru adalah menguasai dan menerapkan empat prinsip dasar belajar. Prinsip tersebut adalah penguatan positif, hukuman, penghentian, dan penguatan negatif.
Penguatan positif yakni pemberian penghargaan setelah terjadi suatu perbuatan. Penghargaan menyebabkan perbuatan yang dikuatkan itu semakin meningkat. Perbuatan yang dihargai tersebut diperkuat dan diulangi di kemudian hari.
Mendasarkan pada uraian di atas, guru dapat mendorong perilaku peserta didik yang sesuai dengan mempergunakan penguatan positif (memberikan penghargaan) dan penguatan negatif (menarik hukuman). Guru dapat mengurangi perilaku peserta didik yang menyimpang dengan mempergunakan hukuman (memberi rangsangan yang tidak menyenangkan), penghentian (menaham penghargaan yang diharapkan), dan penarikan (menarik penghargaan dari peserta didik). Hal yang perlu diingat bahwa konsekuensi-konsekuensi itu memberikan pengaruh kepada perilaku peserta didik sesuai dengan prinsip-prinsip perilaku yang telah terbentuk. Jika guru menghargai perilaku yang menyimpang, perilaku tersebut cenderung diteruskan. Jika guru menghukum perilaku yang sesuai, perilaku tersebut cenderung tidak diteruskan.
Penentuan waktu, frekuensi penguatan, dan hukuman adalah prinsip lain yang penting dalam pengubahan perilaku. Perbuatan peserta didik yang hendak diperkuat oleh guru harus dengan segera dikuatkan setelah perbuatan itu terjadi. Perbuatan peserta didik yang hendak dihentikan harus segera dikenakan hukuman setelah perbuatan itu terjadi. Perilaku yang tidak dikuatkan dengan segera cenderung akan melemah. Perilaku yang tidak dikenakan hukuman dengan segera cenderung akan menguat. Jadi penentuan waktu yang tepat untuk menghargai dan menghukum adalah penting.
Penentuan waktu sama pentingnya dengan frekuensi terjadinya perilaku yang dikuatkan. Penguatan yang terus menerus, yaitu penguatan yang menyusul setiap terjadi perilaku menyebabkan makin cepatnya seseorang mempelajari perilaku tersebut. Jika seorang guru menginginkan penguatan perilaku siswa tertentu, guru harus menghargai setiap kali perilaku itu terjadi. Penguatan terus menerus akan sangat efektif pada tahan awal mempelajari suatu perilaku. Sekali perilaku telah terbentuk akan efektif menguatkannya tanpa tenggang waktu yang lama.
Ada dua macam pendekatan untuk penguatan yang berselang waktu pendek yaitu: penjadwalan selang waktu, dan penjadwalan rasio. Penjadwalan selang waktu adalah pendekatan yang dipergunakan oleh guru mendorong siswa setelah batas waktu tertentu. Misalnya, guru yang menggunakan penjadwalan selang waktu akan mendorong seorang siswa setiap jam. Penjadwalan rasio adalah pendekatan yang digunakan oleh guru mendorong siswa setelah suatu perbuatan terjadi beberapa kali. Misal, guru yang menggunakan penjadwalan rasio akan mendorong siswa setelah perbuatan tertentu terjadi empat kali.
Penghargaan atau pendorong adalah suatu rangsangan untuk meningkatkan frekuensi perbuatan yang mendahuluinya. Hukuman adalah sesuatu yang mengurangi frekuensi frekuensi perbuatan yang mendahuluinya. Pendorong dapat digolongkan dalam dua kategori utama yaitu pendorong primer (diperlukan untuk mempertahankan kehidupan seperti air, makanan, rumah), dan pendorong bersyarat (pujian, rasa kasih sayang dan sebagainya).
Pendorong bersyarat terdiri dari beberapa tipe seperti pendorong sosial (pujian atau tepukan), pendorong perlambang (berupa benda/barang – tanda penghargaan), pendorong nyata (uang atau cek), pendorong kegiatan (bermain di luar, membaca bebas, diberi kesempatan memilih nyanyian).
Penghargaan (dan hukuman) dapat dipahami hanya dalam kaitannya dengan peserta didik secara individual. Penghargaan terhadap seorang peserta didik dapat saja dirasakan sebagai hukuman bagi peserta didik lainnya. Respon yang dimaksudkan oleh guru sebagai penghargaan dapat dirasakan sebagai hukuman, dan respon yang dimaksudkan sebagai hukuman dapat menjadi penghargaan. Hal semacam ini sering terjadi. Cotoh yang sangat lazim sekali terjadi apabila seorang peserta didik berperilaku menyimpang dengan maksud menarik perhatian. Tindakan hukum yang diberikan oleh guru sesudah kejadian itu sesungguhnya adalah menghargai, bukan menghukum peserta didik yang haus perhatian itu. Dan oleh karena itu, peserta didik tersebut meneruskan perilakunya untuk mendapat perhatian yang didambakannya.
 Berikut ini adalah strategi-strategi lain yang ditawarkan dalam memanajemeni kelas :
Mempergunakan Model                                                                                     
Model adalah proses dimana peserta didik dengan mengamati cara berperilaku orang lain mendapatkan perilaku yang baru.  model dapat dipandang sebagai suatu proses dimana guru melalui tingkah lakunya menampilkan nilai dan sikap, yang dikehendaki dimiliki dan ditampilkan oleh peserta didik.

Mempergunakan pembentukan
Pembentukan adalah suatu prosedur dimana guru meminta peserta didik menampilkan serangkaian perilaku yang mendekati atau mirip dengan perilaku yang digunakan. Dan pada setiap kali peserta didik menampilkan perilaku yang mendekati itu guru memberikan dorongan kepada peserta didik sehingga ia mampu secara konsisten menampilkan perilaku yang diinginkan tersebut. Jadi pembentukan adalah strategi pengubahan perilaku yang dipergunakan untuk mendorong perkembangan perilaku yang baru.

Mempergunakan sistem hadiah
Sistem hadiah biasanya terdiri dari tiga unsur. Unsur-unsur itu dimaksudkan untuk mengubah perilaku sekelompok peserta didik. Unsur-unsur itu berupa: 1) seperangkat instruksi tertulis yang disiapkan dengan teliti, yang menggambarkan perilaku peserta didik yang hendak dikuatkan atau didorong oleh guru, 2) suatu sistem yang dirancang dengan baik untuk menghadiahkan barang kepada peserta didik yang menampilkan perilaku yang sesuai, dan 3) seperangkat prosedur yang memberikan kesempatan kepada peserta didik saling bertukar hadiah yang mereka peroleh sebagai penghargaan, atau memberikan kesempatan terlibat dalam kegitan-kegiatan sosial.
Mempergunakan kontrak perilaku
Kontra perilaku adalah suatu persetujuan antara guru dan peserta didik yang berperilaku menyimpang. Persetujuan itu menentukan perilaku yang disetujui oleh peserta didik untuk ditampilkan dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya apabila peserta didik menampilkan perilaku tersebut. Kontrak dalah suatu kesepakatan antara guru dan peserta didik yang merinci apa yang diharapkan oleh peserta didik dan ganjaran atau konsekuensi yang  akan diperolehnya apabila melakukan hal-hal yang disepakati itu.
Mempergunakan jatah kelompok
Penggunaan jatah kelompok adalah penggunaan prosedur dimana konsekuensi (penguatan atau hukuman) tidak hanya tergantung kepada perilaku seorang peserta didik sendiri, melainkan juga kepada perilaku kelompoknya. Penghargaan terhadap setiap anggota kelompok tergantung pada perilaku salah seorang atau lebih atau pada perilaku seluruh anggota kelompok lainnya.
Penguatan alternatif yang tidak serasi
Penguatan alternarif yang tidak serasi yaitu penguatan yang bertentangan satu dengan yang lainnya. Penguatan itu terjadi pada situasi dimana guru menghargai perilaku yang tidak dapat terjadi bersamaan dengan perilaku menyimpang yang hendak dihilangkan oleh guru.
Mempergunakan Penyuluhan perilaku
Penyuluhan perilaku adalah suatu proses yang meliputi pertemuan pribadi antara guru dan peserta didik. Penyuluhan perilaku ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik yang berperilaku menyimpang mengetahui bahwa perilakunya tidak sesuai dan merencanakan perubahan. Pertemuan seperti itu akan membantu peserta didik memahami hubungan antara tindakannya dengan konsekuensinya, dan mempertimbangkan tindakan-tindakan alternatif yang mungkin dapat menghasilkan konsekuensi yang diinginkan.
Mempergunakan pemantauan sendiri
Pemantauan diri sendiri diartikan sebagai pengelolaan diri sendiri dimana peserta didik mencatat aspek-aspek perilakunya agar ia dapat merubahnya. Pemantauan diri sendiri secara sistematis akan meningkatkan kesadaran peserta didik terhadap perilaku yang diharapkan dihilangkan atau dikurangi. Pemantauan diri sendiri meningkatkan kesadaran diri sendiri melalui pengamatan atas dirinya.
Mempergunakan isyarat                                                                  
Isyarat adalah suatu proses untuk merangsang berbuat atau tindakan mengingatkan secara verbal atau non-verbal yang digunakan oleh guru kepada peserta didiknya. Hal ini dilakukan apabila ia merasa peserta didiknya berperilaku menyimpang. Suatu isyarat dapat digunakan untuk mendorong atau mencegah perilaku tertentu. Berlainan dengan pendorong, isyarat mendahului respons.
Ada tiga pandangan pokok yang paling menonjol dalam hal ini yaitu: 1) penggunaan hukuman dengan tepat sangat efektif untuk menghilangkan perilaku peserta didik yang menyimpang, 2) penggunaan hukuman dengan bijaksana pada jenis-jenis situasi tertentu akan dapat memberikan dampak positif pada perilaku peserta didik, tetapi karena adanya risiko timbulnya pengaruh sampingan yang negatif, penggunaan hukuman harus dipantau dengan seksama, 3) penggunaan hukuman harus dihindarkan sama sekali, karena perilaku siswa yang menyimpang dapat ditangani secara efektif dengan teknik-teknik lain yang tidak mempunyai pengaruh sampingan yang negatif seperti hukuman.
7.      Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
Pendekatan iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas berakar pada psikologi penyuluhan klinikal, dan karena itu memberikan arti yang sangat penting pada hubungan antar pribadi. Pendekatan ini dibangun atas dasar asumsi bahwa manajemen kelas yang efektif (dan pengajaran yang efektif) sangat tergantung pada hubungan yang positif antara guru dan peserta didik. Guru adalah penentu utama atas hubungan antar dan iklim kelas. Oleh karena itu, tugas pokok guru dalam manajemen kelas adalah membangun hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim sosio-emosional yang positif pula.
Glasser mengemukakan delapan langkah untuk membantu peserta didik mengubah perilakunya berikut ini.
  1. Secara pribadi melibatkan diri dengan siswa; menerima siswa tetapi bukan kepada perilakunya yang menyimpang; menunjukkan kesediaan membantu siswa memecahkan masalah.
  2. Perilaku siswa; menangani masalah tetapi tidak menilai atau menghakimi siswa.
  3. Membantu siswa membuat penilaian atau pendapat tentang perilakunya yang menjadi masalah itu. Pusatkan perhatian kepada apa yang dilakukan oleh siswa yang menimbulkan masalah dan yang meyebabkan kegagalannya.
  4. Membantu siswa merencanakan tindakan yang lebih baik; jika perlu berikan alternatif-alternatif; bantulah siswa membuat keputusan sendiri berdasarkan penilaiannya atas alternatif-alternatif yang ada untuk mengembangkan perasaan tanggung jawab sendiri.
  5. Membimbing siswa mengikatkan diri dengan rencana yang telah dibuatnya.
  6. Mendorong siswa sewaktu melaksanakan rencananya dan memelihara keterikatannya dengan rencana tersebut; yakinkan siswa bahwa guru mengetahui kemajuan-kemajuan yang dibuatnya.
  7. Tidak menerima pernyataan maaf siswa apabila siswa gagal meneruskan keterikatannya; bantulah ia memahami bahwa ia sendirilah yang bertanggung jawab atas perilakunya; ingatkan siswa akan perlunya rencana yang lebih baik; menerima pernyataan maaf berarti tidak memusingkan masalah siswa.
  8. Memberikan kesempatan kepada siswa merasakan akibat wajar dari perilakunya yang menyimpang tetapi jangan menghukumnya; bantulah siswa mencoba lagi menyusun rencana yang lebih baik dan mengikatkan diri dengan rencana tersebut.
Sementara itu Dreikurs dalam kaitan dengan pendekatan sosio-emosional mengemukakan gagasan-gagasan penting yang mempunyai implikasi bagi manajemen kelas yang efektif. Dua diantaranya ialah: 1) penekanan pada kelas yang demokratis dimana siswa dan guru berbagi tanggung jawab, baik dalam proses maupun dalam langkah maju, 2) pengakuan akan pengaruh konsekuensi wajar dan logis atas perilaku siswa.
8.      Pendekatan Proses Kelompok
Premis utama yang mendasari pendekatan  proses kelompok didasarkan pada asumsi-asumsi barikut: 1) kehidupan sekolah berlangsung dalam lingkungan kelompok, yakni kelompok kelas, 2) tugas pokok guru adalah memnciptakan dan membina kelompok kelas yang efektif dan produktif, 3) kelompok kelas adalah suatu system social yang mengandung cirri-ciri yang terdapat pada semua system social, 4) pengelolaan kelas oleh guru adalah menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang menunjang terciptanya suasana belajar yang menguntungkan.
Schmuck dan Schmuck dalam Weber mengemukakan enam cirri mengenai manajemen kelas yaitu: harapan, kepemimpinan, daya tarik, norma, komunikasi, dan keterpaduan.
Harapan adalah persepsi yang dimiliki oleh guru dan siswa mengenai hubungan mereka satu sama lain. Kepemimpinan paling tepat diartikan sebagai perilaku yang membantu kelompok bergerak menuju pencapaian tujuannya.
Daya tarik, menunjuk pada pola-pola persahabatan dalam kelompok kelas. Daya tarik dapat digambarkan sebagai tingkat persahabatan yang terdapat di antara para anggota kelompok kelas. Tingkat daya tarik tergantung pada sejauh mana hubungan antar pribadi yang positif telah berkembang. Pengelola kelas yang efektif ialah seseorang yang membantu mengembangkan hubungan antar pribadi yang positif antara para naggota kelompok.
Norma ialah pengharapan bersama mengenai cara berpikir, cara berperasaan, dan cara berperilaku para anggota kelompok. Norma sangat mempengaruhi hubungan antar pribadi karena norma tersebut memberikan pedoman yang membantu para anggota memahami apa yang diharapkan dari mereka dan apa yang dapat mereka harapkan dari orang lain. Norma kelompok yang produktif adalah hakiki bagi efektivitas kelompok. Oleh karena itu, salah satu tugas guru ialah membantu kelompok menciptakan, menerima, dan memelihara norma kelompok yang produktif.
Komunikasi, baik verbal maupun non-verbal adalah dialog antara anggota-anggota kelompok. Komunikasi mencakup kemampuan khas manusia untuk saling memahami buah pikiran dan perasaan masing-masing. Komunikasi yang efektif berarti menerima pesan menafsirkan dengan tepat pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan. Oleh karena itu, tugas rangkap guru adalah membuka saluran komunikasi sehingga semua siswa menyatakan buah pikiran dan perasaanya dengan bebas, menerima buah pikiran dan perasaan siswa.
Keterpaduan adalah menyangkut perasaan kolektif yang dimiliki oleh para anggota kelas mengenai kelompok kelasnya. Keterpaduan menekankan hubungan individu dengan kelompok sebagai suatu keseluruhan. Kelompok menjadi padu karena alas an: 1) para anggota saling menyukai satu sama lainnya, 2) minat yang besar terhadap pekerjaan, 3) kelompok memberikan harga diri kepada para anggotanya.
9.      Pendekatan Eklektik
Menyimak secara seksama kedelapan pendekatan yang telah diuraikan di muka adalah ibarat melihat benda yang sama dari berbagai sudut pandangan yang berbeda. Oleh karena itu, seorang guru harus mengetahui kekuatan dan kelemahan masing-masing pendekatan ketika akan menerapkan satu pendekatan. Dalam kenyataan guru jarang sekali menerapkan satu pendekatan secara utuh, melainkan mengkombinasikan masing-masing pendekatan dengan mengambil hal-hal yang positif dari satu pendekatan seraya mengeliminir kelemahan masing-masing pendekatan. Wilford A. Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagai pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang bermakna, yang secara filosofis, teoritis, dan/atau psikologis dinilai benar, yang bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu yang sesuai dengan situasi disebut pendekatan eklektik (Wilford A. Weber, 1986). Dua syarat yang perlu dikuasai oleh guru dalam menerapkan pendekatan eklektik yaitu: 1) menguasai pendekatan-pendekatan manajemen kelas yang potensial, seperti pendekatan Pengubahan Perilaku, Penciptaan Iklim Sosio-Emosional, Proses Kelompok, dan 2) dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah manajemen kelas ( M. Endang dan T. Raka Joni, 1983: 43)
Simpulannya adalah bahwa kemampuan guru memilih strategi manajemen kelas yang sangat tergantung pada kemampuannya menganalisis masalah manajemen kelas yang dihadapinya. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku dipilih, misalnya bila tujuan tindakan manajemen kelas yang akan dilakukan adalah menguatkan tingkah lakupeserta didik yang baik dan/atau menghilangkan perilaku peserta didik yang kurang baik; pendekatan Penciptaan Iklim Sosio-Emosional dipergunakan apabila sasaran tindakan manajemen kelas adalah peningkatan hubungan antar pribadi guru dan peserta didik; sementaa itu pendekatan Proses Kelompok dianut bila seorang guru ingin kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif.
10.  Pendekatan Analitik Pluralistik
Sembilan pendekatan yang diuraikan di muka menggambarkan sembilan macam pendekatan manajemen kelas yang berlainan. Setiap pendekatan ada penganjurannya dan pemakaiannya. Tidak ada anjuran dan saran untuk menganut dan menggantungkan diri pada sattu pendekatan manajemen kelas. Saran dan anjuran yang perlu dipertimbangkan adalah menggunakan pendekatan analitik pluralistik.
Berbeda dengan pendakatan eklektik, pendekatan analitik pluralistik memberi kesempatan kepada guru memilih strategi manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi dari berbagai pendekatan manajemen yang dianggap mempunyai potensi terbesar berhasil menanggulangi masalah manajemen kelas dalam situasi yang telah dianalisis. Guru yang bijaksana menghargai pendekatan dan strategi manajemen kelas yang mempunyai konsep yang baik. Dengan demikian, pendekatan analitik pluralistik memperluas jangkauan pendekatan. Pendekatan  analitik pluralistik berupa pemilihan diantara berbagai strategi manajemen kelas suatu atau beberapa strategi yang mempunyai kemungkinan menciptakan dan menampung kondisi-kondisi yang memberi kemudahan kepada pembelajaran yang efektif  dan efisien.
Pendekatan analitik pluralistik tidak mengikat guru pada serangkaian strategi manajerial tertentu saja. Guru bebas mempertimbangkan semua strategi yang mungkin efektif. Terdapat empat tahap pendekatan analitik pluralistik yang perlu dicermati dalam penggunaannya :

  1. Menentukan kondisi kelas yang diinginkan
  2. Menganalisis kondisi kelas yang nyata
  3. Memilih dan menggunakan strategi pengelolaan
  4. Menilai efektivitas pengelolaan

KELEMAHAN DAN KELEBIHAN PENDEKATAN

Kelemahan

  1. Pendekatan otoriter: Pendekatan ini akan menghasilkan sikap siswa yang submissive atau apatis. Siswa hanya akan aktif jika ada guru dan jika guru tidak mengawasi maka semua aktifitas menjadi menurun.
  2. Pendekatan intimidasi : Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani gejala-gejala masalahnya, bukan masalahnya itu sendiri. Kelemahan lain yang timbul dari penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru dan peserta didik.
  3. Pendekatan permisif : Pendekatan ini kurang menyadari bahwa sekolah dan kelas adalah sistem sosial yang memiliki pranata-pranata sosial.
  4.  Pendekatan buku masak : Pendekatan ini cenderung menumbuhkan sikap reaktif pada diri guru dalam memanajemeni kelas.Kelemahan lain pendekatan buku masak adalah apabila resep tertentu gagal mencapai tujuan, guru tidak dapat memilih alternatif lain, karena pendekatan ini bersifat mutlak.
  5.  Pendekatan Instruksional : Pendekatan ini lebih mengutamakan kebutuhan materi peserta didik. Pada pendekatan ini peserta didik harus mengikuti pola guru.
  6. Pendekatan pengubahan perilaku : Pembelajaran lebih diutamakan pada peran guru itu sendiri dalam mengubah perilaku yang menyimpang. Guru sebagai sentral dan satu-satunya obyek pembelajaran. Biasanya  guru tersebut menggunakan pola yang keras, disiplin, dengan hukuman ataupun ejekan dalam upaya pengubahan tingkah laku siswa. Tingkah laku peserta didik menjadi satu-satunya tolok ukur.
  7. Pendekatan iklim sosio-emosional : sangat bergantung pada hubungan yang positif, jadi bagaimana seorang guru tersebut melakukan tindakan pendekatan dengan cara penyuluhan daan hal itu kurang relevan dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
  8. Pendekatan prinsip kelompok : dalam kelompok biasanya akan ada siswa yang aktif, dan pasif. Siswa yang pasif cenderung akan bersikap masa bodoh terhadap permasalahan karena ia menggatungkan situasi kepada temannya yang aktif tersebut.
  9. Pendekatan ekletik : pendekatan ini menganjurkan guru berperilaku sesuai dengan situasi yang ada, sedangkan guru tidak selalu bisa memilih perilaku apa yang akan digunakan sesuai dengan situasi mengingat pendekatan ini merupakan gabungan dari pendekatan-pendekatan yang lain.
  10. Pendekatan analitik pluralistik : karena pendekatan ini juga merupakan kombinasi dari pendekatan-pendekatan lainnya, maka guru harus pintar dan pandai memilih pendekatan apa yang akan diterapkan sesuai dengan analisis yang telah dilakukan.

Kelebihan

  1. Pendekatan otoriter : terciptanya ketertiban dalam kelas
  2. Pendekatan intimidasi : siswa menjadi patuh terhadap apa yang disampaikan dan diperintahkan guru sehingga tercipta suasana kelas yang tertib. Tidak jarang dengan pendekatan ini menghasilkan prestasi belajar siswa. Pendekatan ini sangat ampuh digunakan untuk menyelesaikan masalah berat dan segera seperti perkelahian.
  3. Pendekatan permisif : tumbuhnya demokrasi dalam kelas, suasana belajar yang tidak terlalu tegang sehingga siswa juga nyaman di dalam proses belajar mengajar. para peserta didik memperoleh kesempatan secara psikologis, memilkul risiko yang aman, mengatur kegiatan sekolah sesuai cakupannya, mengembangkan kemampuan memimpin diri sendiri, disiplin sendiri, dan tanggung jawab sendiri
  4. Pendekatan buku masak : pendekatan ini memiliki pernyataan yang khas sehingga  menjadi dorongan bagi diri sendiri untuk mengendalikan perilaku, mana yang baik dan buruk, mana yang perlu dan tidak perlu.
  5. Pendekatan instruksional : mencegah timbulnya masalah manajerial, dan memecahkan masalah manajerial kelas.
  6. Pendekatan pengubahan perilaku : keunggulan dari pendekatan ini menawarkan bentuk-bentuk pembelajaran yang manarik bagi paeserta didik seperti penggunaaan model, system hadiah, kontrak perilaku, jatah perilaku dll.
  7. Pendekatan iklim sosio-emosional : membantu siswa dalam menilai/ berpendapat tentang perilakunya yang menjadi masalah sehingga dapat terwujud perilaku yang baik dikemudian hari.
  8. Pendekatan proses kelompok : melatih siswa dalam mengembangkan sikap kepemimpinan, kerjasama, komunikasi.
  9. Pendekatan ekletik : pendekatan ini kompleks, biasanya banyak digunakan oleh guru karena guru dapat memilih strategi manajemen kelas yang dihadapinya. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku dipilih, misalnya bila tujuan tindakan manajemen kelas yang akan dilakukan adalah menguatkan tingkah laku peserta didik yang baik dan/atau menghilangkan perilaku peserta didik yang kurang baik; pendekatan Penciptaan Iklim Sosio-Emosional dipergunakan apabila sasaran tindakan manajemen kelas adalah peningkatan hubungan antar pribadi guru dan peserta didik; sementaa itu pendekatan Proses Kelompok dianut bila seorang guru ingin kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif.
  10. Pendekatan analitik pluralistik : pendekatan analitik pluralistik memberi kesempatan kepada guru memilih strategi manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi dari berbagai pendekatan manajemen yang dianggap mempunyai potensi terbesar berhasil menanggulangi masalah manajemen kelas dalam situasi yang telah dianalisis.Pendekatan  analitik pluralistik berupa pemilihan diantara berbagai strategi manajemen kelas suatu atau beberapa strategi yang mempunyai kemungkinan menciptakan dan menampung kondisi-kondisi yang memberi kemudahan kepada pembelajaran yang efektif  dan efisien.




Sabtu, 05 Maret 2016

USAHA PREVENTIF MASALAH MANAJEMEN KELAS

Menurut Piet Sahertian & Ida Aleida. Sahertian (1992: 106) Pengelolaan kelas sangat berhubungan dengan keberhasilan dalam situasi belajar mengajar. Untuk guru diharapkan terampil untuk menciptakan dan memaklumi kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal dengan cara mendisiplinkan dan melakukan kegiatan remedial.
Dengan demikian, tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses pembelajaran berlangsung aktif. Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio-emosional sehingga terasa benar oleh peserta didik rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar.
Dimensi korektif dapat terbagi dua yaitu tindakan yang seharusnya segera diambil guru pada saat terjadi gangguan (dimensi tindakan) dan tindakan penyembuhan terhadap tingkah-laku yang menyimpang yang terlanjur terjadi agar peyimpangan tersebut tidak berlarut-larut.
Dimensi pencegahan dapat berupa tindakan guru dalam mengatur lingkungan belajar, mengatur peralatan, dan       lingkungan, mengatur sosio-emosional.

1.  Kondisi dan situasi pembelajaran
a)   Kondisi fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses perbuatan belajar peserta didik dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
             Lingkungan fisik yang dimaksud akan meliputi hal-hal di bawah ini.
1) Ruangan tempat berlangsungnya proses pembelajaran.
Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua bergerak leluasa tidak terdesak-desak dan saling menganggu antara peserta didik yang situ dengan yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar.
  2) Pengaturan tempat duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, di mana dengan demikian guru sekaligus dapat mengontrol tingkah-laku peserta didik. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran pengaturan proses pembelajaran. Beberapa pengaturan tempat duduk di antaranya:
a.       Berbaris berjajar.
b.      Pengelompokan yang terdiri atas 8 sampai 10 orang.
c.       Setengah lingkaran seperti dalam teater, di mana di samping guru bisa langsung bertatap muka dengan peserta didik juga mudah bergerak untuk segera memberikan bantuan bagi peserta didik.
d.      Berbentuk lingkaran.
e.       Individual yang biasanya terlihat di ruang baca, perpustakaan, atau di ruang praktik laboratorium.
f.        Adanya dan tersedianya ruangan yang sifatnya bebas di kelas di samping bangku tempat duduk yang diatur.
Dengan sendirinya penataan tempat duduk ini dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
      3)  Ventalasi dan pengaturan cahaya
Ventalasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik. Jendela harus cukup besar sehingga, memungkinkan panas cahaya matahari masuk, udara sehat dengan ventilasi yang baik, sehingga semua peserta didik dalam kelas dapat menghirup udara segar yang cukup mengandung O2 (oksigen).
      4)  Pengaturan penyimpanan barang-barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar. Barang-barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas seperti buku pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi, dan sebagainya, hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menganggu kegiatan peserta didik.

b)  Kondisi sosial-emosional
Suasana sosio-emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses pembelajaran, kegairahan peserta didik merupakan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran.
1.   Tipe Kepemimpinan
Peranan guru, tipe kepemimpinan guru atau administrasi akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan menghasilkan sikap peserta didik yang submissive atau apatis. Tapi di pihak lain juga akan menumbuhkan sikap yang agressif.
Kedua sikap peserta didik yaitu apatis dan agressif ini dapat merupakan cumber problem pengelolaan, baik yang sifatnya individual maupun kelompok kelas sebagai keseluruhan. Dengan tipe kepemimpinan yang otoriter peserta didik hanya akan aktif kalau ada guru dan kalau guru tidak mengawasi maka semua aktivitas menjadi menurun. Aktivitas proses pembelajaran sangat tergantung pada guru dan menuntut sangat banyak perhatian dari guru.
Tipe kepemimpinan yang cenderung pada laissez-faire biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin. Kalau guru ada peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam kepemimpinan tipe ini malahan biasanya aktifitas peserta didik lebih produktif kalau guru yang inner-directed di mana peserta didik tersebut aktif, penuh kemauan, berinisiatif, dan tidak selalu menunggu pengarahan. Akan tetapi kelompok peserta didik semacam ini biasanya tidak cukup banyak.
Tipe kepemimpinan guru yang lebih menekankan kepada sikap demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan peserta didik dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi proses pembelajaran yang optimal, peserta didik akan belajar secara produktif baik pads saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru, dalam kondisi semacam ini biasanya problems pengelolaan bisa sedikit mungkin.
2.      Sikap guru.
Sikap guru dalam menghadapi peserta didik yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersababat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah-laku peserta didik akan dapat diperbaiki. Kalau guru terpaksa membenci, bencilah tingkah-laku buruk peserta didik dan bukan membenci peserta didik.
Terimalah peserta didik dengan hangat kalau ia insyaf akan kesalahannya. Berlaku adil dalam bertindak dan ciptakan satu yang menyebabkan peserta didik sadar akan kesalahannya dan ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.
3.      Suara guru.
Suara guru walaupun bukan faktor besar tetapi turut mempunyai pengaruh dalam belajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh peserta didik secara jelas dan jarak yang agak jauh akan membosankan dan pelajaran tidak akan diperhatikan. Suasana semacam ini mengundang tingkah laku yang tidak diinginkan.
Suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh kedengarannya rileks akan mendorong peserta didik untuk lebih berani mengajukan pertanyaan, mencoba sendiri, melakukan percobaan terarah, dan sebagainya. Tekanan suara hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan peserta didik yang mendengarnya.
4.  Pembinaan Report
Sekali lagi ingin ditekan bah,va pembinaan hubungan baik dengan peserta didik dalam masalah pengelolaan sangat penting. Dengan hubungan baik guru peserta didik diharapkan peserta didik senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, serta realistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukan.

      c) Kondisi organizational
Kegiatan rutin yang secara organizational dilakukan baik di tingkat kelas maupun di tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua peserta didik secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri setiap peserta didik kebiasaan yang baik dan keteraturan tingkah-laku kegiatan tersebut antara lain sebagai bentuk berikut:
1.   Pergantian pelajaran atau kuliah
Untuk beberapa pelajaran mungkin ada baikmya peserta didik tetap berada dalam satu ruangan dan guru yang datang. Akan tetapi untuk pelajaran-pelajaran tertentu, seperti bekerja di laboratorium, olahraga, keseman, menggambar, dan sebagainya, peserta didik diharuskan pindah ruangan.
2.      Guru yang berhalangan hadir
Jika suatu saat seorang guru berhalangan hadir karena satu atau lain hal, maka peserta didik disuruh tetap berada di dalam kelas dengan tenang untuk menunggu guru yang bersangkutan selama 10 menit. Bila setelah waktu 10 menit guru yang mendapat giliran juga belum datang, ketua diwajibkan lapor kepada guru piket dan guru piket yang akan mengambil inisiatif untuk mengatasi kekosongan guru tersebut.
3.      Masalah antar peserta didik.
Jika terjadi masalah antar peserta didik yang tidak dapat diselesaikan antar mereka, ketua dapat melapor kepada wali kelas untuk bersama-sama memecahkan dan mengatasi masalah tersebut. Jika pemecahannya belum tuntas diselesaikan, ketua bersama wah kelas atau OSIS dapat menghadap pimpinan institusi untuk mendapatkan petunjuk kebijakan dalam mengatasi masalah tersebut.
4.  Upacara Bendera
Dalam upacara bendera harus sudah ditetapkan giliran yang memimpin upacara, baik dari pihak guru maupun dari pihak peserta didik. Sehingga semua sivitas tahu persis jam berapa mereka harus mulai sekolah, siapa yang harus memberikan nasehat, pengarahan, dan sebagainya.
5.  Kegiatan lainnya
Demikian pula kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan rutin seperti prosedur penyampaian informasi dari sekolah kepada guru, dan peserta didik menyampaikan peraturan sekolah yang baru, pesta sekolah, hari libur, kematian anggota sivitas, ikut menanggulangi bencana alam, dan lain-lain dan harus dapat diatur secara jelas, tidak kaku dan harus cukup fleksibel.
2. Disiplin dan tata tertib
Menurut Oteng Sutisna (1989:109) disiplin adalah Esensial bagi semua kegiatan kelompok yang terorganisasi. Para anggota harus mengendalikan keinginan-keinginan pribadi masing-masing dan bekerja sama untuk kebaikan semua. Piet Sahertian & Ida Aleida Sahertian (1992:106) menjelaskan disiplin sebenarnya merupakan akibat dari pengelolaan kelas yang efektif.
a.  Pengertian Disiplin.
Dalam arti luas disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditunjukkan untuk membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya.
Disiplin timbul dari kebutuhan untuk mengadakan keseimbangan antara apa yang ingin dilakukan oleh individu dan apa yang diinginkan individu dari orang lain sampai batas-batas tertentu dan memenuhi tuntutan orang lain dari dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan dari perkembangan yang lebih luas.
Menurut Wikipedia, (2006) mengemukakan disiplin merupakan bentuk pelatihan yang menghasilkan suatu karakter atau perilaku khusus yang menghasilkan perkembangan moral, fisik dan mental untuk tujuan tertentu.
Dengan disiplin para peserta didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Kesediaan semacam ini harus dipelajari dan harus secara sabar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas-tugas sekolah.
Satu keuntungan lain dari adanya disiplin adalah peserta didik belajar hidup dengan pembiasan yang baik, positif, dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta didik akan tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada peserta didik dalam batas-batas kemampuannya. Akan tetapi juga kalau kebebasan peserta didik terlampau dikurangi, dikekang dengan peraturan maka peserta didik akan berontak dan mengalami frustasi dan kecemasan.
Di sekolah, disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah-laku peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal.
b.  Sumber-sumber pelanggaran disiplin
Kita sudah sependapat tentang satu asumsi yang menyatakan bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya untuk mencapai tujuan yaitu pemenuhan kebutuhan. Pengenalan terhadap kebutuhan peserta didik secara, baik merupakan andil yang besar bagi pengendalian disiplin. Maslow mengemukakan teori ”Hierarki kebutuhan manusia” yang dapat digambarkan dalam bentuk ”piramid kebutuhan manusia” sebagai berikut:

PIRAMIDA KEBUTUHAN MANUSIA
Being Needs
Text Box: Self actualization
























Keterangan :
a.       Kebutuhan fisik manusia merupakan kebutuhan dasar bagi kelansungan hidupnya seperti makan, minum, perlindungan, fisik, sex, dan sebagainya.
b.      Kebutuhan akan rasa aman baik fisik, dan perasaan keamanan terhadap masa depan yang dihadapinya.
c.       Kebutuhan akan cinta kasih, mencintai orang lain dan dicintai orang lain, penerimaan, pembenaran, dan cinta kasih orang lain pada dirinya.
d.      Kebutuhan akan penghargaan dan untuk dikenal orang lain, merasa berguna bagi orang lain, mempunyai pengaruh terhadap orang lain, dan lain sebagainya.
e.       Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman, terhadap berbagai hal agar individu dapat mengambil; berbagai keputusan yang bijaksana terhadap beberapa hal dalam menghadapi dunianya secara efektif.
f.        Kebutuhan akan keindahan dan aktualisasi diri yangmerupakan kebutuhan untuk berpengalaman mengaktualisasikan dirinya dalam dunia nyata secara langsung agar dari pengalaman ia akan lebih kreatif, toleran, dan spontan.
1)      Bila kebutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi melalui cara-cara yang sudah biasa dalam masyarakat, maka akan terjadi ketidakseimbangan pada diri individu, dan yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara lain yang sering kurang bisa diterima masyarakat.
      c.   Penanggulanan pelanggaran disiplin.             
Ada berbagai cara yang dapat ditempuh guru dalam menanggulangi pelanggaran disiplin.
1)      Pengenalan Peserta Didik
Makin baik guru mengenal peserta didik makin besar kemungkinan guru untuk mencegah terjadinya pelanggaran disiplin. Sebaiknya yang frustasi karma merasa tidak mendapat perhatian guru dengan semestinya, sangat mungkin terjadi peserta didik tidak disiplin sekolah.
Setiap peserta didik pada dasarnya mempunyai daya atau tenaga untuk mengontrol dirinya. Peserta didik yang tidak diperhatikan orang tua dan gurunya dan kurang dapat mengontrol dirinya sendiri biasanya kurang menghargai otoritas dan mereka tidak menyukainya dan membencinya.
2)      Melakukan tindakan korektif.
Dalam kegiatan pengelolaan, tindakan dapat segera sangat diperlukan. Dimensi tindakan merupakan kegiatan yang seharusnya dilakukan guru bila terjadi masalah pengelolaan. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memonitor efektivitas aturan tata tertib. Setelah jangka waktu tertentu guru bersama-sama peserta didik dapat meninjau kembali aturan sekolah. Bagaimana cara melakukan dimensi tindakan ini beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru.
a.   Lakukan tindakan dan bukan ceramah.
Bila ada seorang peserta didik melakukan tindakan yang dapat mengganggu kelas, lakukan tindakan menghentikan kegiatan tersebut secara tepat dan segera. Cara berteriak atau memberikan ceramah tentang kesalahan yang dibuat peserta didik pada saat itu akan membuat peserta didik inalah menjadi terbimbing. Pesan-pesan non verbal atau body language baik berupa isyarat tangan, bahu, kepala, alis, dan sebagainya dapat membantu guru dalam pengelolaan.
b.  Do not bargain/tidak ada kesepakatan
Bila terjadi pelanggaran yang dilakukan peserta didik dan melibatkan atau menyalahkan peserta didik lainnya guru harus segera melakukan tindakan untuk menghentikan gangguan tersebut. Tidak ada untungnya kalau pada saat itu juga membuka forum diskusi untuk membicarakan tentang peraturan dan mencari siapa yang bersalah.
Sekali lagi segera hentikan penyimpangan tingkah laku peserta didik dengan tindakan.
c.                   Gunakan “Kontrol” kerja
Mungkin sekali banyak hal yang belum tercakup dalam tata tertib terjadi dalam kelas. Kewajiban guru adalah mencoba menghindarkan hal-hal tersebut dengan melakukan kontrol sosial.
Misalnya dengan membuat ruangan berbentuk tapal kuda sehingga guru dapat langsung berhadapan muka dengan para peserta didik dan sekaligus dapat mengontrol tingkah laku mereka.
d.                  Nyatakan peraturan dan konsekuensinya
Bila ada peserta didik melanggar peraturan sekolah, komunikasikan kembali apa aturan yang dilanggarnya secara jelas dan kemukakan akibatnya bila peraturan yang telah dibuat dan disepakati bersama dilanggar. Konsekuensi ini dilakukan secara bertahap dimulai dan peringatan, teguran, memberi tanda cek, disuruh menghadap kepala sekolah dan atau dilaporkan kepala orang tuanya tentang pelanggaran yang dilakukannya di sekolah.
Bila ada tindakan peserta didik yang mengganggu suasana proses pembelajaran segera hentikan gangguan tersebut, kemudian usahakan memahami alasan mengapa peserta didik tersebut bertindak demikian. Kemukakan kepadanya harapan kita sebagai guru dan teman-teman lain yang akan terganggu konsentrasinya dan nyatakan tingkah laku bagaimana yang diharapkan dari peserta didik yang bersangkutan.
Tindakan guru hendakiya cukup tegas dan berwibawa dan hendaknya dihindarkan hal-­hal/tindakan yang menyebabkan peserta didik mendapat malu di depan teman-temannya. Pertanyaan peraturan dan konsekuensi dari pelanggaran harus didengarkan oleh teman­-temannya.
     3. Melakukan Tindakan Penyembuhan
Pelanggaran yang sudah terlanjur dilakukan peserta didik atau sejumlah peserta didik perlu ditanggulangi dengan tindakan penyembuhan baik secara individual maupun secara kelompok.
Situasi pelanggaran ini dapat berbentuk :
a.       Peserta didik melanggar sejumlah besar peraturan sekolah yang telah disepakati bersama.
b.      Peserta didik tidak mau menerima atau menolak konsekuensi seperti yang telah tercantum dalam peraturan sekolah sebagai akibat dari perbuatannya.
c.       Seorang peserta didik menolak sama sekali aturan khusus yang telah tercantum dalam tata tertib sekolah.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam tindakan penyembuhan ini adalah:
a.       Mengidentifikasi peserta didik yang mendapat kesulitan untuk menerima dan mengikuti tata tertib atau menerima konsekuensi dari pelanggaran yang dibuatnya.
b.      Membuat rencana yang diperkirakan paling tepat tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam mengadakan kontak dengan peserta didik.
c.     Menetapkan waktu pertemuan dengan peserta didik tersebut yang disetujui bersama oleh guru dan peserta didik yang bersangkutan.
d.   Bila saatnya bertemu dengan peserta didik jelaskanlah maksud pertemuan tersebut, dan jelaskan pula manfaat yang mungkin diperoleh oleh peserta didik maupun oleh sekolah.
e.    Tunjukkanlah kepada peserta didik bahwa guru pun bukan orang yang sempurna dan tidak bebas dari kekurangan dan kelemahan dalam berbagai hal. Akan tetapi yang penting antara guru dan peserta didik harus ada kesadaran untuk bersama-sama belajar saling memperbaiki diri, saling menginginkan bagi kepentingan.
f.     Guru berusaha untuk membawa peserta didik kepada masalahnya yaitu pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku di sekolah.
f)       Bila pertemuan yang diadakan dan ternyata peserta didik responsif maka guru bisa mengajak peserta didik untuk melaksanakan diskusi pada saat lain tentang masalah yang dihadapinya. Tentukan waktu diskusi tersebut bersama antara guru dan peserta didik.
g)      Pertemuan guru dan peserta didik harus sampai kepada pemecahan masalah dan sampai kepada ”Kontak” yang diterima peserta didik dalam rangka memperbaiki tingkah­laku peserta didik tentang pelanggaran yang dibuatnya.
h)      Melakukan kegiatan tindak lanjut.

      4. Tertib ke Arah Siasat.
Pembiasan akan disiplin di sekolah akan mempunyai pengaruh yang positif bagi kehidupan peserta didik di masa yang akan datang. Pada mulanya memang disiplin dirasakan sebagai suatu aturan yang mengekang kebebasan peserta didik. Akan tetapi bila aturan ini dirasakan sebagai suatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebaikan diri sendiri dan kebaikan bersama, maka lama kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju ke arah disiplin diri sendiri (self discipline).
Disiplin tidak lagi merupakan suatu yang datang, dari luar yang memberikan keterbatasan tertentu akan tetapi disiplin telah merupakan aturan yang datang dari dalam dirinya sebagai suatu hal yang wajar dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengalaman dasar dalam disiplin akan memberikan kerangka dalam keteraturan hidup selanjutnya. Disiplin diri sendiri hanya akan tumbuh dalam suatu suasana di mana antara guru dan para peserta didik terjalin sikap persahabatan yang berakar pada dasar saling menghormati dan saling mempercayai.
1.      Pada saat-saat tertentu disediakan penghargaan dan hadiah bagi peserta didik yang bertingkah-laku sesuai dengan tuntutan disiplin yang berlaku sebagai tauladan yang baik.
Sikap guru yang demokratis merupakan kondisi bagi terbinanya tertib ke arah siasat. Sikap ini akan memberi kesempatan peserta didik untuk ikut terlibat menegakkan disiplin sekolah, ikut dipikirkan dan ditetapkan bersama.