Pendekatan Pendekatan dalam manajemen kelas
1.
Pendekatan Otoriter
Pendekatan
otoriter memandang bahwa manajerial kelas sebagai suatu pendekatan pengendalian
perilaku peserta didik oleh guru. Pendekatan ini menempatkan guru dalam peranan
menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi
pengendalian. Tujuan guru yang utama ialah mengendalikan perilaku peserta
didik. Guru bertanggung jawab mengendalikan perilaku peserta didik karena
gurulah yang paling mengetahui dan berurusan dengan peserta didik. Tugas ini
sering dilakukan guru dengan menciptakan dan menjalankan peraturan dan hukuman.
Pendekatan
otoriter janganlah dipandang sebagai strategi yang bersifat mengintimidasi.
Guru yang mempraktekkan pendekatan otoriter tidak memaksakan kepatuhan,
merendahkan peserta didik, dan tidak bertindak kasar. Guru otoriter bertindak
untuk kepentingan peserta didik dengan menerapkan disiplin yang tegas.
Pendekatan
otoriter menawarkan lima strategi yang dapat diterapkan dalam memanajemeni
kelas yaitu (1) menetapkan dan menegakkan peraturan, (2) memberikan perintah,
pengarahan, dan pesan, (3) menggunakan teguran, (4) menggunakan pengendalian
dengan mendektai, dan (5) menggunakan pemisahan dan pengucilan.
2.
Pendekatan Intimidasi
Pendekatan intimidasi adalah
pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses pengendalian perilaku
peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang menekankan perilaku guru
yang manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku guru yang
mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang kasar,
ejekan, hinaan, paksaan, ancaman, menyalahkan. Peranan guru adalah memaksa peserta didik
berperilaku sesuai dengan perintah guru.
Pendekatan
intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran keras.
Teguran keras adalah perintah verbal yang keras yang diberikan pada situasi
tertentu dengan maksud untuk segera menghentikan perilaku siswa yang
penyimpangannya berat. Misal, guru memergoki dua peserta didik
berkelahi.kemudian guru bertindak “berhenti” dengan harapan setelah mendengar
suara guru kedua peserta didik itu akan berhenti berkelahi. Kehadiran guru
membuat mereka takut, takut karena mereka membayangkan akan memperoleh hukuman
yang sangat berat. Dengan demikian, pendekatan intimidasi hanya baik untuk
menghentikan perbuatan yang salah berat dengan segera. Apabila perbuatan salah
itu selesai atau berhenti maka tindakan intimidasi tidak akan seproduktif
strategi lain.
Kendatipun
pendekatan intimidasi telah dipakai secara luas dan ada manfaatnya, terdapat
kecaman terhadap pendekatan ini. Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat
pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani gejala-gejala
masalahnya, bukan masalahnya itu sendiri. Kelemahan lain yang timbul dari
penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya
hubungan antara guru dan peserta didik.
3.
Pendekatan Permisif
Pendekatan
permisif adalah pendekatan yang menekankan perlunya memaksimalkan kebebasan
siswa. Tema sentral dari pendekatan ini adalah: apa, kapan, dan dimana juga
guru hendaknya membiarkan peserta didik bertindak bebas sesuai dengan yang
diinginkannya. Peranan guru adalah meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab
dengan itu akan membantu pertumbuhannya secara wajar. Campur tangan guru
hendaknya seminimal mungkin, dan berperan sebagai pendorong mengembangkan
potensi peserta didik secara penuh.
Pendekatan
permisif sedikit penganjurannya. Pendekatan ini kurang menyadari bahwa sekolah
dan kelas adalah sistem sosial yang memiliki pranata-pranata sosial. Dalam
sistem sosial para anggotanya, dalam hal ini guru dan peserta didik menyandang
hak dan kewajiban. Mereka diharapkan bertindak sesuai dengan hak dan
kewajibannya dan diterima oleh semua pihak. Perbuatan yang bebas tanpa batas
akan memerkosa dan mengancam hak-hak orang lain.
Banyak
pendapat yang mengatakan bahwa pendekatan permisif dalam bentuknya yang murni
tidak produktif diterapkan dalam situasi atau lingkungan sekolah dan kelas.
Namun disarankan agar guru memberikan kesempatan kepada para peserta didik
melakukan urusan sendiri apabila hal itu berguna. Urusan itu seperti para
peserta didik memperoleh kesempatan secara psikologis, memilkul risiko yang
aman, mengatur kegiatan sekolah sesuai cakupannya, mengembangkan kemampuan
memimpin diri sendiri, disiplin sendiri, dan tanggung jawab sendiri. Dengan
demikian, guru harus dapat menemukan cara untuk memberikan kebebasan sebesar
mungkin kepada peserta didik di satu sisi, di sisi lain tetap dapat
mengendalikan kebebasan itu dengan penuh tanggung jawab.
4.
Pendekatan Buku Masak
Pendekatan buku masak adalah
pendekatan berbentuk rekomendasi berisi daftar hal-hal yang harus dilakukan
atau yang tidak harus dilakukan oleh seorang guru apabila menghadapi berbagai
tipe masalah manajemen kelas. Daftar tentang apa yang harus dilakukan dan apa
yang tidak harus dilakukan ini biasanya dapat ditemukan dalam artikel: Tiga
puluh cara untuk memperbaiki perilaku peserta didik, misalnya karena daftar ini
sering merupakan resep yang cepat dan mudah, pendekatan ini dikenal sebagai
pendekatan “buku masak”. Berikut ini adalah cotoh khas jenis pernyataan yang
dapat dijumpai dalam daftar “buku masak”
Selalulah menegur siswa secara
empat mata
Jangan sekali-kali meninggikan
suara pada saat waktu memperingatkan siswa
Tegas dan bertindak adil
sewaktu berurusan dengan siswa
Jangan pandang bulu dalam
memberikan penghargaan
Senantiasalah meyakinkan diri
lebih dahulu akan kesalahan siswa sebelum menjatuhkan hukuman
Selalulah meyakinkan diri
bahwa siswa mengetahui semua peraturan yang ada
Tetaplah konsekuen dalam
menegakkan peraturan
Pendekatan
buku masak tidak dijabarkan atas dasar konsep yang jelas, sehingga tidak
ditemukan prinsip-prinsip yang memungkinkan guru menerapkan secara umum pada
masalah-masalah lain. Pendekatan ini cenderung menumbuhkan sikap reaktif pada
diri guru dalam memanajemeni kelas. Dengan kata lain, guru biasanya memberikan
reaksi terhadap masalah tertentu dan sering mempergunakan dalam jangka pendek.
Kelemahan lain pendekatan buku masak adalah apabila resep tertentu gagal
mencapai tujuan, guru tidak dapat memilih alternatif lain, karena pendekatan
ini bersifat mutlak. Guru yang bekerja dengan kerangka acuan buku masak akan
merugikan diri sendiri dan tidak mungkin menjadi manajer kelas yang efektif.
5.
Pendekatan Instruksional
Pendekatan instruksional adalah
pendekatan yang mendasarkan kepada pendirian bahwa pengajaran yang dirancang
dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah timbulnya sebagian besar masalah
manajerial kelas. Pendekatan ini berpendapat bahwa manajerial yang efektif
adalah hasil perencanaan pengajaran yang bermutu. Dengan demikian peranan guru
adalah merencanakan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap peserta didik.
Para penganjur pendekatan instruksional dalam manajemen kelas cenderung
memandang perilaku instruksional guru mempunyai potensi mencapai dua tujuan
utama manajemen kelas. Tujuan itu adalah: 1) mencegah timbulnya masalah
manajerial, dan 2) memecahkan masalah manajerial kelas. Cukup banyak contoh
yang membuktikan bahwa kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan dan
dilaksanakan dengan baik adalah merupakan faktor utama dalam pencegahan
timbulnya masalah manajemen kelas. Oleh karena itu, para pengembang pendekatan
instruksional menyarankan guru dalam mengem
bangkan strategi manajemen kelas
memperhatikan hal-hal berikut ini: 1) menyampaikan kurikulum dan pelajaran yang
menarik, relevan, dan sesuai, 2) menerapkan kegiatan yang efektif, 3)
menyediakan daftar kegiatan rutin kelas, 4) memberikan pengarahan yang jelas,
5) menggunakan dorongan yang bermakna, 6) memberikan bantuan mengatasi
rintangan, 7) merencanakan perubahan lingkungan, 8) mengatur kembali struktur
situasi.
Menyampaikan kurikulum pelajaran yang
menarik, relevan, dan sesuai dengan secara empiris dianggap sebagai penangkal
perilaku menyimpang para peserta didik di dalam kelas. Di samping itu
penelitian-penelitian menemukan bukti-bukti bahwa kunci keberhasilan manajemen
kelas ialah kemampuan guru mempersiapkan dan menyelenggarakan kegiatan
belajar-mengajar. Hal itu
akan mencegah perhatian yang kurang, kebosanan, dan perilaku menyimpang. Guru yang
berhasil ialah guru yang menyajikan pelajaran yang disiapkan dengan baik, yang
berlangsung dengan lancar, dan dengan tempo yang baik, tepat dan jelas arahnya,
memberikan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan dan minat peserta didik.
Menerapkan
kegiatan yang efektif adalah kemampuan guru mengatur arus dan tempo kegiatan
kelas oleh banyak orang sehingga mencegah peserta didik melalaikan tugasnya.
Kegiatan guru yang meloncat-loncat (mendesak, tergantung, terputus, berubah
arah), bertele-tele, dan terpisah-pisah adalah kegiatan-kegiatan yang tidak
efektif, dan akan mengundang perilaku peserta didik untuk menyimpang.
Menetapkan
kegiatan rutin kelas adalah kegiatan sehari-hari yang perlu dipahami dan
dilakukan peserta didik. Informasi
kegiatan ini disampaikan guru pada awal pertemuan dengan para peserta didik di
kelas. Penjelasan secukupnya mengenai harapan guru yang berkaitan dengan
kegiatan rutin kelas merupakan langkah yang menentukan efektivitas manajemen
kelas dan pengembangkan kelas yang produktif. Proses ini membatasi kemungkinan
timbulnya masalah manajemen kelas seminimal mungkin.
Memberikan
pengarahan yang jelas adalah kegiatan mengkomunikasikan harapan-harapan yang
diinginkan guru. Instruksi yang jelas, sederhana, ringkas, tepat pada sasaran,
sistematis akan membantu efektivitas manajemen kelas, sehingga masalah-masalah
menyimpang yang disebabkan oleh pengarahan yang buruk dapat dihindari.
Memberikan
dorongan yang bermakna adalah suatu proses dimana guru berusaha menunjukkan
minat yang sungguh-sungguh terhadap perilaku peserta didik yang menunjukkan
tanda-tanda kebosanan dan keresahan. Kegiatannya, misalnya, guru dapat
mendekati peserta didik, memeriksa pekerjaannya, memberikan penghargaan pada
usahanya, dan memberikan saran-saran perbaikan lebih lanjut. Dengan cara ini
guru membantu peserta didik meneruskan aktivitasnya dan mencegah timbulnya
perilaku menyimpang.
Memberikan
bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk pertolongan yang diberikan oleh guru
untuk membantu peserta didik menghadapi persoalan yang mematahkan semangat,
pada saat mereka benar-benar memerlukannya. Proses bantuannya dilaksanakan sebelum situasi
berkembang hingga tidak dapat dikuasai. Bantuan mengatasi rintangan ini adalah
cara yang sangat bermanfaat untuk mecegah perilaku mengganggu.
Merencanakan
perubahan lingkungan adalah proses mempersiapkan kelas atau lingkungan
menghadapi perubahan-perubahan situasi. Misalnya, peserta didik harus disipakan
atas kemungkinan guru tidak dapat hadir selama beberapa hari dan akan
diagntikan oleh guru lain. Perencanaan yang disiapkan sebelumnya akan membantu
peserta didik memahami hal itu dan akan berperilaku sesuai dengan yang
direncanakan guru. Dengan demikian, timbulnya masalah manajemen kelas dapat
dicegah secara dini.
Merencanakan
dan mengubah lingkungan kelas adalah proses penciptaan lingkungan yang
menyenangkan dan tertib. Kegiatan ini dimaksudkan memaksimalkan produktivitas
dan meminimalkan perilaku menyimpang, dan dirancang dengan baik. Merencanakan
dan mengubah lingkungan kelas diperlukan untuk mencegah atau mengurangi
jenis-jenis perilaku tertentu yang tidak diinginkan.
Mengatur
kembali struktur situasi adalah strategi manajerial kelas dalam memulai suatu
kegiatan atau mengerjakan tugas dengan cara yang lain atau cara yang berbeda.
Mengubah sifat kegiatan, mengubah pusat perhatian, atau menggunakan cara baru
untuk mengerjakan hal-hal lama akan efektif mencegah timbulnya masalah
manajemen kelas, khususnys yang bersumber pada perasaan bosan.
6.
Pendekatan Pengubahan Perilaku
Pendekatan
pengubahan perilaku didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi behaviorisme.
Prinsip utama yang mendasari pendekatan ini adalah perilaku merupakan hasil
proses belajar. Prinsip ini berlaku baik bagi perilaku yang sesuai maupun
perilaku yang menyimpang. Penganjur pendekatan ini berpendapat bahwa seorang
peserta didik berperilaku menyimpang adalah disebabkan oleh salah satu dari dua
alasan berikut: 1) peserta didik telah belajar berperilaku yang tidak sesuai,
atau 2) peserta didik tidak belajar berperilaku yang sesuai.
Pendekatan
pengubahan perilaku dibangun atas dasar dua asumsi utama yaitu: 1) empat proses
dasar belajar, 2) pengaruh kejadian-kejadian dalam lingkungan. Tugas guru
adalah menguasai dan menerapkan empat prinsip dasar belajar. Prinsip tersebut
adalah penguatan positif, hukuman, penghentian, dan penguatan negatif.
Penguatan
positif yakni pemberian penghargaan setelah terjadi suatu perbuatan.
Penghargaan menyebabkan perbuatan yang dikuatkan itu semakin meningkat.
Perbuatan yang dihargai tersebut diperkuat dan diulangi di kemudian hari.
Mendasarkan
pada uraian di atas, guru dapat mendorong perilaku peserta didik yang sesuai
dengan mempergunakan penguatan positif (memberikan penghargaan) dan penguatan
negatif (menarik hukuman). Guru dapat mengurangi perilaku peserta didik yang
menyimpang dengan mempergunakan hukuman (memberi rangsangan yang tidak
menyenangkan), penghentian (menaham penghargaan yang diharapkan), dan penarikan
(menarik penghargaan dari peserta didik). Hal yang perlu diingat bahwa
konsekuensi-konsekuensi itu memberikan pengaruh kepada perilaku peserta didik
sesuai dengan prinsip-prinsip perilaku yang telah terbentuk. Jika guru
menghargai perilaku yang menyimpang, perilaku tersebut cenderung diteruskan.
Jika guru menghukum perilaku yang sesuai, perilaku tersebut cenderung tidak
diteruskan.
Penentuan
waktu, frekuensi penguatan, dan hukuman adalah prinsip lain yang penting dalam
pengubahan perilaku. Perbuatan peserta didik yang hendak diperkuat oleh guru
harus dengan segera dikuatkan setelah perbuatan itu terjadi. Perbuatan peserta
didik yang hendak dihentikan harus segera dikenakan hukuman setelah perbuatan
itu terjadi. Perilaku yang tidak dikuatkan dengan segera cenderung akan
melemah. Perilaku yang tidak dikenakan hukuman dengan segera cenderung akan
menguat. Jadi penentuan waktu yang tepat untuk menghargai dan menghukum adalah
penting.
Penentuan
waktu sama pentingnya dengan frekuensi terjadinya perilaku yang dikuatkan.
Penguatan yang terus menerus, yaitu penguatan yang menyusul setiap terjadi
perilaku menyebabkan makin cepatnya seseorang mempelajari perilaku tersebut.
Jika seorang guru menginginkan penguatan perilaku siswa tertentu, guru harus
menghargai setiap kali perilaku itu terjadi. Penguatan terus menerus akan
sangat efektif pada tahan awal mempelajari suatu perilaku. Sekali perilaku
telah terbentuk akan efektif menguatkannya tanpa tenggang waktu yang lama.
Ada dua
macam pendekatan untuk penguatan yang berselang waktu pendek yaitu: penjadwalan
selang waktu, dan penjadwalan rasio. Penjadwalan selang waktu adalah pendekatan
yang dipergunakan oleh guru mendorong siswa setelah batas waktu tertentu.
Misalnya, guru yang menggunakan penjadwalan selang waktu akan mendorong seorang
siswa setiap jam. Penjadwalan rasio adalah pendekatan yang digunakan oleh guru
mendorong siswa setelah suatu perbuatan terjadi beberapa kali. Misal, guru yang
menggunakan penjadwalan rasio akan mendorong siswa setelah perbuatan tertentu
terjadi empat kali.
Penghargaan
atau pendorong adalah suatu rangsangan untuk meningkatkan frekuensi perbuatan
yang mendahuluinya. Hukuman adalah sesuatu yang mengurangi frekuensi frekuensi
perbuatan yang mendahuluinya. Pendorong dapat digolongkan dalam dua kategori
utama yaitu pendorong primer (diperlukan untuk mempertahankan kehidupan seperti
air, makanan, rumah), dan pendorong bersyarat (pujian, rasa kasih sayang dan
sebagainya).
Pendorong
bersyarat terdiri dari beberapa tipe seperti pendorong sosial (pujian atau
tepukan), pendorong perlambang (berupa benda/barang – tanda penghargaan),
pendorong nyata (uang atau cek), pendorong kegiatan (bermain di luar, membaca
bebas, diberi kesempatan memilih nyanyian).
Penghargaan
(dan hukuman) dapat dipahami hanya dalam kaitannya dengan peserta didik secara
individual. Penghargaan terhadap seorang peserta didik dapat saja dirasakan
sebagai hukuman bagi peserta didik lainnya. Respon yang dimaksudkan oleh guru
sebagai penghargaan dapat dirasakan sebagai hukuman, dan respon yang
dimaksudkan sebagai hukuman dapat menjadi penghargaan. Hal semacam ini sering
terjadi. Cotoh yang sangat lazim sekali terjadi apabila seorang peserta didik
berperilaku menyimpang dengan maksud menarik perhatian. Tindakan hukum yang
diberikan oleh guru sesudah kejadian itu sesungguhnya adalah menghargai, bukan
menghukum peserta didik yang haus perhatian itu. Dan oleh karena itu, peserta
didik tersebut meneruskan perilakunya untuk mendapat perhatian yang
didambakannya.
Berikut ini
adalah strategi-strategi lain yang ditawarkan dalam memanajemeni kelas :
Mempergunakan Model
Model adalah proses dimana peserta
didik dengan mengamati cara berperilaku orang lain mendapatkan perilaku yang
baru. model dapat dipandang sebagai
suatu proses dimana guru melalui tingkah lakunya menampilkan nilai dan sikap,
yang dikehendaki dimiliki dan ditampilkan oleh peserta didik.
Mempergunakan pembentukan
Pembentukan adalah suatu
prosedur dimana guru meminta peserta didik menampilkan serangkaian perilaku
yang mendekati atau mirip dengan perilaku yang digunakan. Dan pada setiap kali
peserta didik menampilkan perilaku yang mendekati itu guru memberikan dorongan
kepada peserta didik sehingga ia mampu secara konsisten menampilkan perilaku
yang diinginkan tersebut. Jadi pembentukan adalah strategi pengubahan perilaku
yang dipergunakan untuk mendorong perkembangan perilaku yang baru.
Mempergunakan sistem hadiah
Sistem hadiah biasanya terdiri
dari tiga unsur. Unsur-unsur itu dimaksudkan untuk mengubah perilaku sekelompok
peserta didik. Unsur-unsur itu berupa: 1) seperangkat instruksi tertulis yang
disiapkan dengan teliti, yang menggambarkan perilaku peserta didik yang hendak
dikuatkan atau didorong oleh guru, 2) suatu sistem yang dirancang dengan baik
untuk menghadiahkan barang kepada peserta didik yang menampilkan perilaku yang
sesuai, dan 3) seperangkat prosedur yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik saling bertukar hadiah yang mereka peroleh sebagai penghargaan, atau
memberikan kesempatan terlibat dalam kegitan-kegiatan sosial.
Mempergunakan kontrak perilaku
Kontra perilaku adalah suatu
persetujuan antara guru dan peserta didik yang berperilaku menyimpang.
Persetujuan itu menentukan perilaku yang disetujui oleh peserta didik untuk
ditampilkan dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya apabila peserta didik
menampilkan perilaku tersebut. Kontrak dalah suatu kesepakatan antara guru dan
peserta didik yang merinci apa yang diharapkan oleh peserta didik dan ganjaran
atau konsekuensi yang akan diperolehnya
apabila melakukan hal-hal yang disepakati itu.
Mempergunakan jatah kelompok
Penggunaan jatah kelompok
adalah penggunaan prosedur dimana konsekuensi (penguatan atau hukuman) tidak
hanya tergantung kepada perilaku seorang peserta didik sendiri, melainkan juga
kepada perilaku kelompoknya. Penghargaan terhadap setiap anggota kelompok
tergantung pada perilaku salah seorang atau lebih atau pada perilaku seluruh
anggota kelompok lainnya.
Penguatan alternatif yang tidak serasi
Penguatan alternarif yang
tidak serasi yaitu penguatan yang bertentangan satu dengan yang lainnya.
Penguatan itu terjadi pada situasi dimana guru menghargai perilaku yang tidak
dapat terjadi bersamaan dengan perilaku menyimpang yang hendak dihilangkan oleh
guru.
Mempergunakan Penyuluhan perilaku
Penyuluhan perilaku adalah
suatu proses yang meliputi pertemuan pribadi antara guru dan peserta didik.
Penyuluhan perilaku ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik yang
berperilaku menyimpang mengetahui bahwa perilakunya tidak sesuai dan
merencanakan perubahan. Pertemuan seperti itu akan membantu peserta didik
memahami hubungan antara tindakannya dengan konsekuensinya, dan
mempertimbangkan tindakan-tindakan alternatif yang mungkin dapat menghasilkan
konsekuensi yang diinginkan.
Mempergunakan pemantauan sendiri
Pemantauan diri sendiri
diartikan sebagai pengelolaan diri sendiri dimana peserta didik mencatat
aspek-aspek perilakunya agar ia dapat merubahnya. Pemantauan diri sendiri
secara sistematis akan meningkatkan kesadaran peserta didik terhadap perilaku
yang diharapkan dihilangkan atau dikurangi. Pemantauan diri sendiri
meningkatkan kesadaran diri sendiri melalui pengamatan atas dirinya.
Mempergunakan isyarat
Isyarat adalah suatu proses
untuk merangsang berbuat atau tindakan mengingatkan secara verbal atau
non-verbal yang digunakan oleh guru kepada peserta didiknya. Hal ini dilakukan
apabila ia merasa peserta didiknya berperilaku menyimpang. Suatu isyarat dapat
digunakan untuk mendorong atau mencegah perilaku tertentu. Berlainan dengan
pendorong, isyarat mendahului respons.
Ada tiga pandangan pokok yang
paling menonjol dalam hal ini yaitu: 1) penggunaan hukuman dengan tepat sangat
efektif untuk menghilangkan perilaku peserta didik yang menyimpang, 2)
penggunaan hukuman dengan bijaksana pada jenis-jenis situasi tertentu akan
dapat memberikan dampak positif pada perilaku peserta didik, tetapi karena
adanya risiko timbulnya pengaruh sampingan yang negatif, penggunaan hukuman
harus dipantau dengan seksama, 3) penggunaan hukuman harus dihindarkan sama
sekali, karena perilaku siswa yang menyimpang dapat ditangani secara efektif
dengan teknik-teknik lain yang tidak mempunyai pengaruh sampingan yang negatif
seperti hukuman.
7.
Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
Pendekatan
iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas berakar pada psikologi penyuluhan
klinikal, dan karena itu memberikan arti yang sangat penting pada hubungan
antar pribadi. Pendekatan ini dibangun atas dasar asumsi bahwa manajemen kelas
yang efektif (dan pengajaran yang efektif) sangat tergantung pada hubungan yang
positif antara guru dan peserta didik. Guru adalah penentu utama atas hubungan
antar dan iklim kelas. Oleh karena itu, tugas pokok guru dalam manajemen kelas
adalah membangun hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim
sosio-emosional yang positif pula.
Glasser
mengemukakan delapan langkah untuk membantu peserta didik mengubah perilakunya
berikut ini.
- Secara
pribadi melibatkan diri dengan siswa; menerima siswa tetapi bukan kepada
perilakunya yang menyimpang; menunjukkan kesediaan membantu siswa
memecahkan masalah.
- Perilaku
siswa; menangani masalah tetapi tidak menilai atau menghakimi siswa.
- Membantu
siswa membuat penilaian atau pendapat tentang perilakunya yang menjadi
masalah itu. Pusatkan perhatian kepada apa yang dilakukan oleh siswa yang
menimbulkan masalah dan yang meyebabkan kegagalannya.
- Membantu
siswa merencanakan tindakan yang lebih baik; jika perlu berikan
alternatif-alternatif; bantulah siswa membuat keputusan sendiri
berdasarkan penilaiannya atas alternatif-alternatif yang ada untuk
mengembangkan perasaan tanggung jawab sendiri.
- Membimbing
siswa mengikatkan diri dengan rencana yang telah dibuatnya.
- Mendorong
siswa sewaktu melaksanakan rencananya dan memelihara keterikatannya dengan
rencana tersebut; yakinkan siswa bahwa guru mengetahui kemajuan-kemajuan
yang dibuatnya.
- Tidak
menerima pernyataan maaf siswa apabila siswa gagal meneruskan keterikatannya;
bantulah ia memahami bahwa ia sendirilah yang bertanggung jawab atas
perilakunya; ingatkan siswa akan perlunya rencana yang lebih baik;
menerima pernyataan maaf berarti tidak memusingkan masalah siswa.
- Memberikan
kesempatan kepada siswa merasakan akibat wajar dari perilakunya yang
menyimpang tetapi jangan menghukumnya; bantulah siswa mencoba lagi
menyusun rencana yang lebih baik dan mengikatkan diri dengan rencana
tersebut.
Sementara
itu Dreikurs dalam kaitan dengan pendekatan sosio-emosional mengemukakan
gagasan-gagasan penting yang mempunyai implikasi bagi manajemen kelas yang
efektif. Dua diantaranya ialah: 1) penekanan pada kelas yang demokratis dimana
siswa dan guru berbagi tanggung jawab, baik dalam proses maupun dalam langkah
maju, 2) pengakuan akan pengaruh konsekuensi wajar dan logis atas perilaku
siswa.
8.
Pendekatan Proses Kelompok
Premis utama yang mendasari
pendekatan proses kelompok didasarkan
pada asumsi-asumsi barikut: 1) kehidupan sekolah berlangsung dalam lingkungan
kelompok, yakni kelompok kelas, 2) tugas pokok guru adalah memnciptakan dan
membina kelompok kelas yang efektif dan produktif, 3) kelompok kelas adalah
suatu system social yang mengandung cirri-ciri yang terdapat pada semua system
social, 4) pengelolaan kelas oleh guru adalah menciptakan dan memelihara
kondisi kelas yang menunjang terciptanya suasana belajar yang menguntungkan.
Schmuck dan Schmuck dalam Weber
mengemukakan enam cirri mengenai manajemen kelas yaitu: harapan, kepemimpinan,
daya tarik, norma, komunikasi, dan keterpaduan.
Harapan adalah persepsi yang dimiliki
oleh guru dan siswa mengenai hubungan mereka satu sama lain. Kepemimpinan
paling tepat diartikan sebagai perilaku yang membantu kelompok bergerak menuju
pencapaian tujuannya.
Daya tarik, menunjuk pada pola-pola
persahabatan dalam kelompok kelas. Daya tarik dapat digambarkan sebagai tingkat
persahabatan yang terdapat di antara para anggota kelompok kelas. Tingkat daya tarik tergantung pada sejauh
mana hubungan antar pribadi yang positif telah berkembang. Pengelola kelas yang
efektif ialah seseorang yang membantu mengembangkan hubungan antar pribadi yang
positif antara para naggota kelompok.
Norma ialah
pengharapan bersama mengenai cara berpikir, cara berperasaan, dan cara
berperilaku para anggota kelompok. Norma sangat mempengaruhi hubungan antar
pribadi karena norma tersebut memberikan pedoman yang membantu para anggota
memahami apa yang diharapkan dari mereka dan apa yang dapat mereka harapkan
dari orang lain. Norma kelompok yang produktif adalah hakiki bagi efektivitas
kelompok. Oleh karena itu, salah satu tugas guru ialah membantu kelompok
menciptakan, menerima, dan memelihara norma kelompok yang produktif.
Komunikasi,
baik verbal maupun non-verbal adalah dialog antara anggota-anggota kelompok.
Komunikasi mencakup kemampuan khas manusia untuk saling memahami buah pikiran
dan perasaan masing-masing. Komunikasi yang efektif berarti menerima pesan
menafsirkan dengan tepat pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan. Oleh
karena itu, tugas rangkap guru adalah membuka saluran komunikasi sehingga semua
siswa menyatakan buah pikiran dan perasaanya dengan bebas, menerima buah
pikiran dan perasaan siswa.
Keterpaduan
adalah menyangkut perasaan kolektif yang dimiliki oleh para anggota kelas
mengenai kelompok kelasnya. Keterpaduan menekankan hubungan individu dengan
kelompok sebagai suatu keseluruhan. Kelompok menjadi padu karena alas an: 1)
para anggota saling menyukai satu sama lainnya, 2) minat yang besar terhadap
pekerjaan, 3) kelompok memberikan harga diri kepada para anggotanya.
9.
Pendekatan Eklektik
Menyimak secara seksama kedelapan
pendekatan yang telah diuraikan di muka adalah ibarat melihat benda yang sama
dari berbagai sudut pandangan yang berbeda. Oleh karena itu, seorang guru harus mengetahui
kekuatan dan kelemahan masing-masing pendekatan ketika akan menerapkan satu
pendekatan. Dalam kenyataan guru jarang sekali menerapkan satu pendekatan
secara utuh, melainkan mengkombinasikan masing-masing pendekatan dengan
mengambil hal-hal yang positif dari satu pendekatan seraya mengeliminir
kelemahan masing-masing pendekatan. Wilford A. Weber menyatakan bahwa
pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagai
pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan
yang bermakna, yang secara filosofis, teoritis, dan/atau psikologis dinilai
benar, yang bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu
yang sesuai dengan situasi disebut pendekatan eklektik (Wilford A. Weber,
1986). Dua syarat yang perlu dikuasai oleh guru dalam menerapkan pendekatan
eklektik yaitu: 1) menguasai pendekatan-pendekatan manajemen kelas yang
potensial, seperti pendekatan Pengubahan Perilaku, Penciptaan Iklim
Sosio-Emosional, Proses Kelompok, dan 2) dapat memilih pendekatan yang tepat
dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah manajemen kelas
( M. Endang dan T. Raka Joni, 1983: 43)
Simpulannya
adalah bahwa kemampuan guru memilih strategi manajemen kelas yang sangat
tergantung pada kemampuannya menganalisis masalah manajemen kelas yang
dihadapinya. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku dipilih, misalnya bila tujuan
tindakan manajemen kelas yang akan dilakukan adalah menguatkan tingkah
lakupeserta didik yang baik dan/atau menghilangkan perilaku peserta didik yang
kurang baik; pendekatan Penciptaan Iklim Sosio-Emosional dipergunakan apabila
sasaran tindakan manajemen kelas adalah peningkatan hubungan antar pribadi guru
dan peserta didik; sementaa itu pendekatan Proses Kelompok dianut bila seorang
guru ingin kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif.
10. Pendekatan Analitik
Pluralistik
Sembilan
pendekatan yang diuraikan di muka menggambarkan sembilan macam pendekatan
manajemen kelas yang berlainan. Setiap pendekatan ada penganjurannya dan
pemakaiannya. Tidak ada anjuran dan saran untuk menganut dan menggantungkan
diri pada sattu pendekatan manajemen kelas. Saran dan anjuran yang perlu
dipertimbangkan adalah menggunakan pendekatan analitik pluralistik.
Berbeda
dengan pendakatan eklektik, pendekatan analitik pluralistik memberi kesempatan
kepada guru memilih strategi manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi
dari berbagai pendekatan manajemen yang dianggap mempunyai potensi terbesar
berhasil menanggulangi masalah manajemen kelas dalam situasi yang telah
dianalisis. Guru yang bijaksana menghargai pendekatan dan strategi manajemen
kelas yang mempunyai konsep yang baik. Dengan demikian, pendekatan analitik
pluralistik memperluas jangkauan pendekatan. Pendekatan analitik pluralistik berupa pemilihan
diantara berbagai strategi manajemen kelas suatu atau beberapa strategi yang
mempunyai kemungkinan menciptakan dan menampung kondisi-kondisi yang memberi
kemudahan kepada pembelajaran yang efektif
dan efisien.
Pendekatan
analitik pluralistik tidak mengikat guru pada serangkaian strategi manajerial
tertentu saja. Guru bebas mempertimbangkan semua strategi yang mungkin efektif.
Terdapat empat tahap pendekatan analitik pluralistik yang perlu dicermati dalam
penggunaannya :
- Menentukan kondisi kelas yang diinginkan
- Menganalisis kondisi kelas yang nyata
- Memilih dan menggunakan strategi pengelolaan
- Menilai efektivitas pengelolaan